Ada sejumlah 'influencer' asal Australia yang secara rutin membagikan konten-konten soal Indonesia kepada ratusan ribu pengikut mereka di media sosial.
Salah satunya adalah Damian Hoo asal Brisbane, yang berada di balik akun Instagram @hoointheworld.
Damian, yang terkenal dengan kemeja batik dan topi koboinya, sering membuat video yang membicarakan banyak aspek terkait Indonesia, mulai dari makanan, interaksi dengan masyarakat, hingga percakapannya dengan figur terkemuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Indonesia sangatlah spesial," ujarnya dalam wawancara dengan Natasya Salim dari ABC Indonesia.
Damian mengatakan kecintaannya pada Indonesia bermula dari makanannya.
"Saya sudah makan banyak sekali makanan Indonesia selama tiga sampai empat tahun terakhir ini, saya selalu teringat makanan Padang, atau beberapa menu nasi goreng, iga bakar, dan berpikir, 'Wow, pengen sekali menyantapnya sekarang'," ujarnya.
"Alasan kedua adalah pemandangannya, menurut saya [Indonesia] adalah tempat yang indah secara alamiah."
Damian juga memuji "keramahtamahan" warga Indonesia.
"Orang-orangnya juga menyenangkan sekali," kata Damian yang sedang mengunjungi keluarganya di Brisbane ketika diwawancara.
"Mereka tidak kaya secara harta, tapi kaya jiwanya," ujarnya yang berprofesi sebagai guru dan sempat tinggal di Singapura selama lima tahun.
Konten soal Indonesia juga terus bermunculan dari akun Instagram Alexandra Lyons, perempuan asal Camden, New South Wales.
Gaya konten Alexandra dalam akunnya @alexandra.eowyn, yang memiliki lebih dari 150 ribu pengikut, sedikit berbeda.
Akunnya kebanyakan memuat video dirinya berbicara dalam Bahasa Indonesia, serta beberapa bahasa daerah, antara lain bahasa Aceh, Sunda, Bali, Palembang, hingga Banjar.
Bermula dari menjawab pertanyaan pengikutnya, Alexa mengatakan akunnya memiliki misi untuk membantu mempromosikan keanekaragaman Indonesia untuk orang Indonesia.
"Karena saya sadar juga banyak orang Indonesia mungkin tidak selalu pakai bahasa daerahnya," jelasnya.
Media sosial juga menjadi tempat belajar bagi dirinya, saat berinteraksi dengan audiensnya.
Alexandra bahkan menulis sebuah "kamus" pribadi yang saat ini memuat sekitar 70 bahasa daerah Indonesia.
Ia juga terlibat dalam penerbitan dua buku saat magang di sebuah yayasan pendidikan di Bali pada tahun 2023.
Alexandra belajar Bahasa Indonesia sejak kelas satu SD hingga kelas sembilan, sebagai mata pelajaran wajib di sekolahnya.
"Sistem [pendidikan] di Australia itu bagus banget karena kami belajar bahasa lewat budaya, tidak hanya grammar, tidak hanya kosakata," ujarnya.
"Jadi karena saya tertarik [bahasa Indonesia], menikmati, saya memilih lanjut sampai kelas dua belas."
Namun, minatnya tidak berhenti di bangku sekolah.
Ia melanjutkan belajar budaya Indonesia di University of Sydney dengan jurusan Studi Indonesia dan lulus tahun ini.
Kemerdekaan Indonesia di mata orang Australia
Damian mengaku kagum dengan proses perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia meraih kemerdekaan 80 tahun yang lalu.
"Kemerdekaan Indonesia secara tertulis di mata orang Australia adalah suatu hal yang baik, bagaimana mereka memperjuangkannya," ujarnya.
"Orang Australia tidak memperjuangkan kemerdekaan, tapi mendapatkannya dari peninggalan masa penjajahan Inggris."
Damian mengatakan meskipun ada 'Australia Day' yang diperingati setiap 26 Januari, tidak semua warga di Australia setuju dengan perayaannya.
"Konsepnya terbagi karena ada yang tidak menyetujuinya, karena pada dasarnya itu adalah hari di mana orang kulit putih mengambil alih tanah Aborigin," ujar Damian.
"Sementara di Indonesia ini adalah momentum perayaan ... musiknya, tarian ... semangat dan perayaannya sangat enak untuk dipandang, dan ini adalah hal yang tidak kami miliki."
"Dan inilah yang kami tidak punya. Benar kami ada barbekyu, ke pantai dan ada hari libur nasional, tapi enggak banyak yang dilakukan juga."
Alexandra berharap Hari Kemerdekaan yang ke-80 akan semakin membuat warga Indonesia menyadari jika keanekaragaman budaya adalah sebuah keindahan.
"Bagi saya kemerdekaan itu berarti kebebasan untuk merawat dan merayakan mosaik budaya yang kaya di Indonesia dan memastikan bahwa setiap suara terdengar," ujarnya.
"Setiap tradisi, setiap adat itu terdengar tidak hanya di Jawa, tapi semua pulau di pinggir-pinggirnya juga terdengar, dan mereka merasa dihargai sebagai bagian dari identitas bersama yaitu bangsa Indonesia."
Bahasa jadi kunci memulai hubungan
Meski Indonesia dan Australia adalah tetangga dekat secara geografis, Alexandra menyadari bahwa pemahaman antara keduanya masih terbatas.
"Kami kan tetangga ya, tetapi banyak bule tidak tahu Indonesia itu apa, atau mereka tahu Bali, tapi yang di luar Bali belum diketahui," ujarnya.
"Saya juga sadar waktu traveling di Indonesia bahwa orang Indonesia juga belum tahu banyak tentang Australia."
Setelah bertahun-tahun belajar soal Indonesia dan terlibat dalam kerja sama budaya antara kedua negara, Alexandra percaya kalau memahami bahasa itu sangat penting.
"Jadi bahasa itu kuncinya untuk memulai membangun hubungan yang produktif karena lewat bahasa kita bisa belajar budayanya, bisa belajar sejarahnya," kata Alexandra.
Sementara itu, Damian merasa hubungan Indonesia dan Australia saat ini sedang "bertumbuh."
"Secara politik mungkin sempat ada perpecahan, termasuk tentang isu Timor Leste pada tahun 1990-an," ujar Damian.
"Menurut saya mungkin sejak tahun 2000-an dan seterusnya, lambat laun sudah muncul kemajuan dalam kerja sama di bidang perdagangan, migrasi, juga pariwisata."
Ia juga mengatakan restoran Indonesia sudah semakin naik daun di Australia.
"Semakin banyak orang Indonesia datang ke Australia, banyak yang belajar juga, dan menurut saya Australia semakin terbiasa dengan Indonesia menjadi bagian besar dari kebudayaan mereka," kata Damian.
Simak juga Video: Keseruan HUT ke-80 RI di Kuta: Bule Ikut Lomba Balap Kelereng
(ita/ita)