Selamat hari Senin!
Kami kembali menghadirkan rangkuman sejumlah informasi utama yang terjadi selama 24 jam terakhir dari berbagai tempat di dunia.
Dunia Hari Ini edisi Senin, 18 Agustus 2025, diawali dengan perkembangan terkini dari Gaza.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Protes nasional di Israel
Setidaknya 500.000 warga Israel turun jalan menyerukan agar perang segera diakhiri dan dicapai kesepakatan untuk membebaskan para sandera.
Menurut laporan media, lima puluh sandera Israel masih berada di Gaza, 20 orang di antaranya diyakini masih hidup.
Para pengunjuk rasa membawa spanduk yang menyerukan Presiden AS Donald Trump untuk "menyelamatkan" Israel dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
"Mereka yang hari ini menyerukan diakhirinya perang tanpa kekalahan Hamas tidak hanya memperkuat Hamas dan menunda pembebasan sandera, tapi mereka juga memastikan bahwa kengerian 7 Oktober akan terulang kembali, dan putra-putri kita harus berjuang lagi dan lagi dalam perang tanpa akhir," demikian tanggapan PM Netanyahu soal unjuk rasa.
Qantas didenda karena memecat ribuan pekerja
Hakim Pengadilan Federal Australia Michael Lee mengatakan denda untuk maskapai penerbangan nasional Australia bisa mencapai maksimum AU$121 juta, dan tidak boleh kurang dari A$90 juta, atau 75 persen dari jumlah maksimum.
Ia mengatakan AU$50 juta dari denda tersebut harus dibayarkan kepada Serikat Pekerja Transportasi (TWU).
Hal ini menyusul keputusan Qantas pada tahun 2020 untuk memberhentikan 'ground staff'-nya saat COVID, yang kemudian dinyatakan ilegal oleh Pengadilan Federal.
TWU meminta agar maskapai tersebut didenda maksimum AU$121 juta, di samping kompensasi AU$120 juta yang wajib dibayarkan kepada karyawan yang terdampak.
Lebih dari 300 orang tewas karena banjir
Badan penanggulangan bencana di Pakistan mengatakan korban tewas akibat hujan lebat di wilayah utara Pakistan sudah meningkat menjadi setidaknya 337 orang.
Pihak berwenang sudah memperingatkan akan adanya banjir bandang dan kemungkinan tanah longsor antara hari ini dan Selasa besok, sehingga mendesak pemerintah daerah untuk tetap waspada.
Dalam konferensi persnya, Letnan Jenderal Inam Haider, ketua Badan Nasional Penanggulangan Bencana, mengatakan Pakistan mengalami perubahan pola cuaca akibat perubahan iklim.
Beberapa negara sudah menghubungi Pakistan untuk menawarkan bantuan, tetapi Inam mengatakan Pakistan memiliki sumber daya yang memadai dan tidak memerlukan bantuan asing saat ini.
Para pemimpin Eropa ke Gedung Putih
Menjelang perundingan soal perang di Ukraina yang akan digelar di Gedung Putih, Kanselir Jerman Friedrich Merz, Presiden Prancis Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer akan bergabung untuk menjamu koalisi sekutu, termasuk Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, untuk memperkuat posisi Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy.
Para pemimpin berharap bisa mengamankan jaminan keamanan bagi Ukraina yang akan mencakup peran Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, mengatakan Rusia akan menghadapi "konsekuensi", termasuk sanksi yang lebih berat, jika kesepakatan tidak tercapai.
Setelah KTT Alaska dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, Presiden Trump menelepon Presiden Zelenskyy dan mengatakan jika para pemimpin Rusia sudah menawarkan untuk membekukan sebagian besar garis depannya jika Ukraina menyerahkan seluruh Provinsi Donetsk, yang merupakan salah satu target utama Moskow.
Menurut seorang sumber, Presiden Zelenskyy menolak tuntutan tersebut, sementara Rusia sudah menguasai seperlima wilayah Ukraina, termasuk sekitar tiga perempat Provinsi Donetsk, yang pertama kali dimasukinya pada tahun 2014.
Simak juga Video: Pensiunan Pilot Militer Israel Demo Minta Hentikan Perang di Gaza