Pemimpin Myanmar yang digulingkan Aung San Suu Kyi muncul di pengadilan ketika pada saat yang bersamaan para pendukungnya turun ke jalan di beberapa kota besar dan kecil untuk menentang tindakan keras pada hari yang paling berdarah sejak kudeta militer 1 Februari.
Menurut saksi mata, polisi menembakkan gas air mata dan granat kejut untuk membubarkan ratusan pengunjuk rasa di kota utama Yangon pada hari Senin (01/03).
Mereka kemudian menyisir sisi-sisi jalan, menembakkan peluru karet dan, menurut laporan media, melukai setidaknya satu orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam pidato malam di televisi pemerintah, panglima militer Jenderal Senior Min Aung Hlaing mengatakan para pemimpin gerakan protes dan "penghasut" akan dihukum.
Tentara juga sedang menyelidiki penyalahgunaan keuangan oleh pemerintah sipil, katanya.
"Masing-masing kementerian sedang bekerja untuk mencari tahu penyalahgunaan keuangan tersebut," katanya, menambahkan tindakan akan diambil terhadap organisasi yang kedapatan menyimpan dana dalam mata uang.
Dia mengatakan sebuah komite yang dibentuk oleh politisi yang digulingkan dari pemerintah sipil dan yang telah mengumumkan pembentukan pemerintahan di pengasingan, adalah ilegal dan siapa pun yang terkait dengannya akan dihukum.
Komite Mewakili Pyidaungsu Hluttaw (CRPH) pada hari Senin menyatakan junta militer sebagai kelompok teroris dan menyebut kekerasan terhadap pengunjuk rasa sebagai "deklarasi perang terhadap warga sipil tak bersenjata".
Pada hari Minggu, polisi menembaki kerumunan orang di beberapa tempat, menewaskan 18 orang, kata kantor hak asasi manusia PBB.
Perwakilan Junta akan menghadiri pertemuan ASEAN
Artikel ini diproduksi oleh Hellena Souisa dari artikel ABC News dalam Bahasa Inggris.
(ita/ita)