Saat tahun ajaran baru dimulai di awal tahun 2020 lalu, Tasha Herjanto tidak pernah berpikir jika ia akan bersekolah dari rumah.
Saat itu ia duduk di kelas 11 dan salah satu mata pelajaran yang diambilnya adalah kelas Bahasa Indonesia di Victorian School of Languages (VSL).
Akan tetapi, beberapa bulan kemudian Melbourne memberlakukan 'lockdown' untuk mengatasi pandemi COVID-19 dan terpaksa kelas dilakukan secara online.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Terus terang lockdown-nya sangat sulit bagi saya, karena saya kehilangan semua motivasi," ujarnya kepada Mariah Papadopoulos, wartawan ABC Indonesia di Melbourne.
"Biasanya di kelas VSL saya bertemu [murid lain] dan kita bisa berlatih dengan semua teman sekelas, tetapi waktu kelas online mulai, saya benar-benar tidak bisa fokus," katanya.
ADVERTISEMENT
Timi Ardiyanti, seorang guru Bahasa Indonesia di sekolah Huntingtower, mengatakan siswa-siswi makin lama makin tertarik akan budaya dan bahasa Indonesia, meski jumlah murid-murid sedikit.
"Jumlah siswa di kelas berfluktuasi setiap tahun, tetapi sejujurnya jurusan bahasa Indonesia semakin kuat."
Karenanya, menurut Timi hal yang penting dilakukan adalah dengan terus mendukung kelas bahasa Indonesia, termasuk kepada para gurunya.
Salah satu yang diupayakan Timi adalah dengan menggelar sejumlah kegiatan bersama guru bahasa Indonesia lainnya, seperti lokakarya sebanyak tiga sampai empat kali setahun.
"Jika staf di departemen Indonesia solid dan saling membantu, mereka bekerja sebagai tim, itulah salah satu kunci yang membuat departemen kuat.," kata Timi.
Menurut Timi dukungan seperti ini bukan hanya akan membantu para guru, tapi juga menjadi salah satu kunci kesuksesan murid-muridnya.
(ita/ita)