
Potongan badan pesawat Boeing 737 MAX milik Lion Air yang jatuh sesaat setelah lepas landas pada bulan October 2018. (Supplied: Wikimedia Commons, file)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini disebabkan oleh kombinasi faktor ekonomi, sosial, dan geografis.
Industri penerbangan di Indonesia menjadi semakin populer setelah lengsernya Suharto di tahun 1998, yang membuka perekonomian setelah puluhan tahun berada di bawah kediktatoran.
Namun, industri penerbangan belum memiliki aturan atau pengawasan yang cukup.
Layanan penerbangan murah semakin membanjiri pasar dan menjadikan transportasi udara sebagai cara bepergian umum antar pulau, meski infrastruktur transportasi yang masih kurang efisien dan aman.
Menurut data Aviation Safety Network, Indonesia telah mencatat 104 kecelakaan pesawat dengan lebih dari 1.300 kematian sejak tahun 1945, menjadikan Indonesia sebagai tempat paling berbahaya untuk terbang di Asia.
Amerika Serikat sempat melarang beroperasinya maskapai penerbangan Indonesia di sana dari tahun 2007 sampai 2016 karena "kurang baiknya satu dan lain hal, seperti keahlian teknis, personel terlatih, pencatatan, atau prosedur pemeriksaan".
Larangan yang sama juga sempat diberlakukan oleh Uni Eropa di tahun 2007 sampai 2018.
Apakah sudah ada kemajuan dalam industri penerbangan Indonesia?
Sudah.
"Keterlibatan dalam industri sudah meningkat pesat dan pengawasan sudah lebih ketat," ujar pakar penerbangan dan pemimpin redaksi AirlineRatings.com, Geoffrey Thomas.
Kemajuan ini meliputi pemeriksaan yang lebih sering, prosedur regulasi pemeliharaan yang lebih kuat, dan pelatihan pilot yang membaik, menurutnya.
Selain itu, Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat telah menambahkan Indonesia dalam Kategori 1 di tahun 2016, yang berarti bahwa Indonesia telah memenuhi standar keselamatan Organisasi Penerbangan Sipil.
Lalu mengapa kecelakaan masih terjadi?
Jika bertanya mengapa kecelakaan pesawat masih terjadi seperti akhir pekan kemarin, masih terlalu awal untuk tahu jawabannya.
Pakar mengatakan kemungkinan ada beberapa faktor, yaitu kesalahan manusia atau kondisi pesawat dan cuaca yang kurang baik di Jakarta, dari mana pesawat lepas landas.
Nelayan yang berada di sekitar lokasi kecelakaan mengatakan sempat mendengar ledakan yang disusul munculnya serpihan dan bahan bakar pesawat di sekitar perahu mereka.
Namun hujan deras telah mengaburkan pandangan mereka sehingga tidak dapat melihat banyak.
Sriwijaya Air hanya pernah mengalami insiden kecil sebelumnya, meskipun sempat membunuh seorang petani di tahun 2008 ketika salah satu pesawatnya keluar dari landasan penerbangan karena masalah hidrolik.
Presiden direktur maskapai Sriwijaya Air, Jefferson Irwin Jauwena, mengatakan pesawat yang berumur 26 tahun dan sebelumnya telah digunakan di Amerika Serikat tersebut, masih layak terbang.
Kepada wartawan ia mengatakan bahwa di hari yang sama, pesawat tersebut juga sempat terbang ke kota lain.
Namun pakar mengatakan proses pemeriksaan masih harus dilakukan untuk mengetahui apakah pesawat tersebut sebenarnya layak terbang.
Kapan kita akan tahu lebih banyak tentang kecelakaan minggu lalu?