Lebih dari 60 ribu warga China sudah mendapat suntikan vaksin COVID-19 dalam uji coba tahap ketiga, sementara di Australia persiapan produksi vaksin yang dibuat oleh Oxford University mulai dilakukan di sebuah laboratorium di Melbourne.
Karena produksi vaksin dalam jumlah besar akan memerlukan waktu, upaya produksi vaksin mulai dilakukan di waktu yang bersamaan dengan tahap uji cobanya.
Harapannya adalah ketika uji coba terhadap manusia dianggap berhasil, maka tahap produksi bisa langsung dimulai sehingga menghemat waktu untuk memproduksi jutaan bahkan ratusan juga vaksin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah seorang warga China yang sudah mendapat suntikan vaksin COVID-19 adalah Yilu Wu, seorang mahasiswi berusia 20 tahun yang sekarang sedang menempuh pendidikan di Inggris.
Bersama dengan beberapa orang lainnya, Yilu sudah mendapat suntikan pertama dari dua suntikan vaksin yang diproduksi oleh perusahaan farmasi Sinovac.
"Saya tersedak ketika dokter mengeluarkan vaksin itu dari sebuah kotak kecil. Rasanya seperti mukjizat," kata Yilu kepada ABC, yang akan mendapat suntikan kedua beberapa pekan lagi.
Dalam usaha dunia membuat vaksin COVID-19, China termasuk yang berada di garis terdepan dengan lima potensi vaksin yang sejauh ini belum ada yang mencapai tahap akhir uji coba.
Menurut laporan yang dikeluarkan pemerintah China di bulan Oktober, sejauh ini sudah ada 60 ribu warga China yang mendapat suntikan vaksin, dan "tidak seorangpun yang menunjukkan reaksi negatif."
Australia sudah mulai memproduksi vaksin buatan Oxford
Salah satu negara yang sudah mulai memproduksi vaksin adalah Australia dengan perusahaan bioteknologi global CSL mulai memproduksi salah satu vaksin yang disebut paling menjanjikan.
CSL memiliki laboratorium di kawasan Broadmeadows, Melbourne, yang bisa memproses vaksin hasil kerjasama antara Oxford University dan Astra Zeneca.
Seperti dilaporkan media Australia, Sydney Morning Herald (SMH), kepala bidang sains CSL Andrew Nash mengatakan satu milimeter vaksin akan mulai dicairkan hari Senin (9/11/2020), setelah sebelumnya dibekukan menggunakan cairan nitrogen.
CSL sekarang memiliki kontrak terpisah dengan Astra Zeneca dan Pemerintah Australia guna memproduksi sekitar 30 juta dosis vaksin ini.
CSL mengatakan proses keseluruhan untuk membuat vaksin tersebut adalah 50 hari dan masih harus mendapat persetujuan dari lembaga berwenang bernama 'Therapeutic Goods Administration' (TGA) untuk digunakan di Australia.
Hasil uji coba tahap ketiga yang dilakukan Oxford University diperkirakan akan selesai di akhir Desember.
Bila uji coba positif dan vaksin itu lolos dari kajian pihak berwenang, maka dosis pertama vaksin akan tersedia beberapa bulan setelah itu di tahun 2021.
Secara keseluruhan di dunia saat ini ada 150 vaksin yang sedang dikembangkan, kebanyakan masih dalam taraf pra-klinis, artinya masih diujicobakan terhadap hewan atau masih dikembangkan di laboratorium.
Sekitar 40 diantaranya sudah melakukan uji coba terhadap manusia.
Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dengan berita terkait China dari artikel di ini.
(nvc/nvc)