Arief adalah seorang pekerja di Jakarta yang saat ini sedang menjalani isolasi mandiri di rumahnya, setelah salah satu rekan kerjanya dinyatakan tertular virus corona.
"Ayah , ayah ," begitu reaksi anak Arief yang berusia tiga tahun itu memanggil ayahnya setiap mendengar pintu pagar rumah dibuka, sambil berlari memeriksa apakah itu benar ayahnya yang akhirnya pulang dari kantor.
Padahal Arief berada di dalam rumah, "bersembunyi" di lantai dua karena sedang menjalankan isolasi mandiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tiap mendengar dia berteriak 'ayah.. ayah' hati ini rasanya jadi sedih. Miris aja rasanya, bisa mendengar suaranya tapi nggak bisa menjawab dan nggak bisa melihat," tutur Arief.
Arief dan istrinya memutuskan untuk menceritakan jika ayahnya pergi bekerja, karena merasa anaknya masih terlalu kecil untuk bisa mengerti soal isolasi mandiri.
"Kalau dia tahu saya ada di atas, nanti dia minta ikut naik dan main," tambah Arief.
Arief memutuskan melakukan isolasi mandiri setelah teman sekantornya terdiagnosa positif COVID-19 dan saat ini ia masih menunggu hasil tes PCR mandiri yang sudah dilakukannya Kamis pekan lalu.
Sementara itu merespon masalah isolasi mandiri dalam kaitannya dengan klaster keluarga, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana meniadakan isolasi mandiri bagi pasien positif COVID-19 dengan gejala ringan.
Sebagai gantinya, pasien positif COVID-19 dengan gejala ringan akan diisolasi di Wisma Atlet Kemayoran.
Jumat pekan lalu, Gubernur Anies Baswedan mengatakan mereka yang tertular harus melakukan isolasi di tempat-tempat yang sudah disediakan Pemerintah.
"Sehingga kita bisa memastikan mata rantai itu putus karena banyak dari kita yang belum tentu bisa melakukan isolasi dengan baik dan efeknya keluarga terpapar, tetangga terpapar," kata Anies Baswedan, Jumat lalu (03/09).
Anies menambahkan Pemprov DKI Jakarta saat ini tengah menyusun regulasi terkait kewajiban pasien COVID-19 untuk mengikuti isolasi yang dijalankan oleh pemerintah.
(ita/ita)