Potensi bisnis online di Indonesia sangat besar dan salah satu manfaatnya dari sisi sosial adalah bisa mengurangi kesenjangan pendapatan yang sangat lebar saat ini.
Sejumlah pelaku dan pakar bisnis online mengatakan akses internet telah menyediakan kesempatan bagi siapa saja untuk melakukan bisnis, dengan potensi pasar yang besar melebihi pasar tradisional yang selama ini ada.
"Lihat saja kalau kita memiliki toko biasa, pasar pembeli kita mungkin cuma dalam radius beberapa kilometer dari lokasi," kata Alex Chandra dari Bukalapak dalam seminar online yang diselenggarakan Australia-Indonesia Centre, Rabu kemarin (2/09).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sedangkan kalau di online, potensi kita bisa mencapai seluruh warga Indonesia atau lebih jauh lagi [internasional]," tambahnya.
Kegiatan bisnis online saat ini banyak melibatkan generasi yang sudah tidak lagi menggunakan platform tradisional, seperti iklan di pinggir jalan atau di media massa.
Tidak hanya jadi pembeli, sejumlah warga juga telah diminta untuk membantu mempromosikan sebuah bisnis, seperti dialami Kirana Sudarta, seorang warga di Jakarta.
"Saya sekarang ini aktif sebagai pengajar piano klasik, juga membantu suami menjalankan bisnis laundry khusus bayi, dan saya juga sering share di Instagram hal mengenai musik, psikologi anak," kata Kinara kepada ABC Indonesia.
Kinara mengaku sekarang ia didekati oleh sebuah bisnis bernama Crewdible yang menawarkan fasilitas gudang online.
"Saya menerima tawaran mereka, karena saya masih bisa menjalankan bisnis sambil kerja atau urus anak," kata Kinara lagi.
"Jadi awalnya memang mereka menawarkan saya untuk jadi promotor bisnis."
"Setelah saya pikir ini bisa juga dimanfaatkan sebagai peluang bagi teman-teman saya terutama untuk melebarkan usahanya lebih luas lagi tapi terkendala tempat (gudang), waktu packing yang melelahkan," kata Kinara.
Masa pandemi COVID-19 juga memunculkan pasar virtual dalam bentuk kelompok WhatsApp grup seperti yang dijelaskan oleh Ika Santoso di Jawa Timur.
Dia sekarang bergabung dengan grup Zakinah Mart yang bermula dari sebuah kelompok pengajian.
"Dulu anggotanya cuma 40 orang sekarang sudah jadi 170 orang dan semuanya perempuan yang sekaligus menjadi penjual maupun pembeli," kata Ika.
Kelompok tersebut telah menjual banyak produk, mulai dari makanan, peralatan elektronik, hingga bantal, dengan dalam satu hari ada ratusan 'chat' yang masuk, ujarnya.
(nvc/nvc)