
Presiden Jokowi menyampaikan rasa optimisnya bahwa vaksin buatan China akan tersedia dan bisa diproduksi massal mulai bulan Januari 2021. (Presidential Communications Operations Office: Joey Dalumpines)
Dr Arielle Arboleda Dado adalah seorang dokter kulit berusia 29 tahun di Manila yang ditugaskan di rumah sakit pemerintah guna membantu mengatasi wabah Corona.
"Di awal pandemi, pengetesan sangat-sangat terbatas," ujarnya yang ibunya sendiri tertular virus Corona.
Masalah dengan jumlah pengetesan di kedua negara
Dalam laporannya hari Minggu (16/8/2020), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengatakan kasus naik sebanyak 2.081 menjadi 139.549 kasus, sementara di Filipina ada tambahan 3.420 kasus baru sehingga keseluruhan hari itu menjadi 161.253.
Namun kematian di Indonesia lebih banyak, yaitu 6.150 kematian, dua kali lebih banyak dari Filipina yang sejauh ini melaporkan 2.665 yang meninggal.
Indonesia dan Filipina sangat tertinggal dari negara lain dalam jumlah tes COVID-19 yang sudah dilakukan.
Dr Dado mengatakan di rumah sakit di Filipina, pasien yang sudah positif COVID-19 sering kali masih dirawat di ruangan yang sama dengan mereka yang sedang menunggu hasil pengetesan.
"Jadi kalau mereka tidak memiliki COVID-19 ketika masuk, mereka mungkin akan mengidap virus ketika keluar," katanya.
Ketika ibunya mulai menunjukkan gejala seperti terkena Corona, dr Dado kemudian menghubungi sedikitnya 10 rumah sakit.
Semua memiliki daftar tunggu yang panjang, dan biaya tes sangat mahal, bahkan untuk ukurannya sebagai dokter.
"Kadang diperlukan waktu tiga hari untuk dapat kamar perawatan untuk pasien yang diduga terkena COVID-19 dan biayanya adalah Rp 7 juta per hari," katanya.
Pengetesan di Filipina lebih banyak dibandingkan Indonesia
Di ibukota Filipina, Manila baru-baru ini sudah ada tes gratis, sementara di luar Manila, hampir tidak ada yang menyediakan tes COVID-19 gratis dan kadang harus membayar sampai Rp 2 juta.
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk 10 kali lebih besar dari Australia, baru melakukan tes sebanyak 1.03 juta kali hingga 13 Agustus, sementara Australia yang berpenduduk 26 juta sudah melakukan 5,5 juta tes.
Sebagian besar pengetesan baru dilakukan di Jakarta dan sekitarnya.
"Pandemi ini lebih buruk dari yang tampak di permukaan," kata Ronald Bessie, koordinator bidang data di Kawal COVID-19, sebuah situs yang secara mandiri mengumpulkan data dan informasi mengenai pandemi COVID-19 di Indonesia.
"Kami menyarankan pemerintah melacak dan mengkarantina 30 orang untuk setiap kasus positif," katanya kepada ABC.
Filipina dengan penduduk 110 juta sudah melakukan pengetesan lebih banyak yaitu 1,59 juta kali sampai tanggal 3 Agustus.
Ronald Bessie mengatakan rasio tes di Filipina dua setengah kali lebih tinggi dari di Indonesia.
"Menurut perkiraan kami pemerintah di Indonesia harusnya sudah melakukan 60 ribu tes per hari sekarang ini," katanya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa 6,8 persen kasus corona di Indonesia terjadi pada anak-anak berusia 5 sampai 14 tahun, sementara angka rata-rata global adalah 2,5 persen.
WHO memperingatkan angka ini akan meningkat bila program belajar dari rumah tidak dilanjutkan.
Berbeda dengan Filipina, Singapura dan Malaysia, Indonesia tidak pernah betul-betul menerapkan 'lockdown', bahkan Indonesia sudah menerapkan masa transisi ke 'adaptasi baru" dan banyak pakar mengatakan kebanyakan warga tetap tidak memahami betapa seriusnya wabah Corona.
Filipina dan Indonesia berharap vaksin dari Rusia dan China
Rusia sudah menjanjikan akan memberikan vaksin kepada Filpina, yang diperkirakan akan mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang di Rusia bulan Agustus ini.
Beberapa pakar sudah mempertanyakan keputusan Rusia untuk memproduksi vaksin yang diberi nama 'Sputnik V'.
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, tampaknya tidak begitu mempedulikan pandangan pakar dan mengatakan "saya berjanji Filipina dan Rusia akan menjadi kawan yang abadi".
Filipina akan melakukan uji klinis tahap ketiga bulan Oktober.
Juru bicara pemerintah Filipina mengatakan Presiden Duterte akan mendapat vaksinasi di bulan Mei 2021.
Di Indonesia, uji klinis terhadap vaksin yang sedang dikembangkan oleh perusahaan China, Sinovac BioTech, sedang dilakukan terhadap 1.620 relawan yang bekerja sama dengan perusahaan BUMN Bio Farma.