Artikel ini diproduksi oleh ABC Indonesia.
Sari Bui, warga Indonesia di Melbourne masih ingat saat ia mendapat serangan kecemasan, atau 'anxiety attack' di tempat umum untuk pertama kalinya di Australia.
"Saat itu siang hari dan saya sedang di tengah berbelanja, tiba-tiba jantung saya berdebar cepat," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kejadian di pusat perbelanjaan itu bukan serangan kecemasan pertama yang dialami oleh Sari, akrab disapa Nungky di kalangan komunitas Indonesia di Australia.
Serangan kecemasan pertama terjadi padanya sekitar dua tahun lalu, saat ia terbangun dari tidur di tengah malam dan tak tahu apa yang terjadi.
"Benar-benar menakutkan, sesak, seperti tercekik, jantung berdebar, rasanya seperti mau mati."
Pada awalnya Nungky mengaku tidak tahu apa itu 'anxiety' dan alasan ia memilikinya.
Baru setelah melewati diagnosa, diketahui kecemasan yang dialaminya terkait dengan perubahan hormon dalam tubuhnya karena menjelang menopause atau istilahnya 'perimenopause'.
"Jadi anxiety itu bukan sekedar ada dalam pikiran, tapi berdampak juga pada fisik," ujarnya.
Saat Nungky berbagi pengalamannya di akun jejaring sosial miliknya, ia terkejut mendapat banyak komentar, pesan, dan pertanyaan dari warga Indonesia di Melbourne yang mengatakan mereka juga mengalami kecemasan.
"Ada banyak orang yang cerita ke saya kalau istri, suami, dan anak-anak mereka punya kecemasan, bahkan sampai berbulan-bulan, tapi tak pernah membicarakannya," ujar Nungky.
"Dengan semakin banyak orang berbicara soal kesehatan mental, kita bisa lebih banyak menyelamatkan orang lain," tegasnya.
Karenanya ia sangat mendorong dan mendukung bagi orang-orang untuk setidaknya mau membicarakan kondisi mentalnya, agar tidak "dipendam sendirian".
Tapi perlu diwaspadai juga kepada siapa bercerita, karena seringkali Nungky mendengar komentar atau tanggapan soal kondisi kesehatan mental yang dikaitkan dengan keimanan seseorang, yang menurutnya "cukup mengganggu".
"Ada yang bilang karena kurang shalat atau membaca Quran, jadi harus lebih banyak melakukannya," ujar Nungky.
Nungky mengaku jika spiritual, lewat berdoa misalnya, memang telah banyak membantu dirinya untuk bisa mengatasi kecemasan, tapi menurutnya Tuhan pun sudah menyuruh manusia untuk melakukan semua usaha.
"Bertemu dengan psikolog, dokter, atau minum obat jika perlu adalah bagian dari ikhtiar, jadi kurang pas kalau hanya menyalahkan iman seseorang."
Kondisi Nungky kini sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, karena ia telah mengimbangi gaya hidupnya dengan mengonsumsi dan menjaga pola makanan yang sehat, berolahraga, tidur di awal malam, ditambah ritual untuk memperkaya spiritualnya.
Ikuti cerita-cerita dari komunitas Indonesia di Australia hanya di ABC Indonesia
(ita/ita)