Kawasan Metropolitan Melbourne dan Mitchell Shire akan kembali ke Tahap 3 pembatasan tinggal di rumah, mulai pergantian hari Kamis nanti.
Premier Daniel Andrews, kepala negara bagian Victoria mengumumkan kebijakan ini, setelah ada 191 kasus penularan baru virus corona yang Selasa malam, yang menjadi kasus harian tertinggi.
'Lockdown' akan dilakukan selama enam minggu ke depan, warga di kawasan metropolitan Melbourne dan Micthell Shire hanya boleh meninggalkan rumah untuk satu dari empat alasan:
- belanja makanan dan keperluan penting
- merawat orang lain
- berolahraga, atau
- belajar atau bekerja, jika tidak bisa melakukannya di rumah
Premier Daniel mengatakan orang tidak dapat meninggalkan kawasan Melbourne metropolitan untuk berolahraga setiap hari (jadi, tidak bisa untuk jalan-jalan atau memancing di luar kota) dan warga harus tinggal di rumah utama, bukan di rumah liburan.
Liburan sekolah akan diperpanjang untuk banyak siswa, meskipun beberapa, seperti murid di kelas 11 dan 12, atau murid sekolah kejuruan, akan kembali ke sekolah setelah liburan berakhir.
- Cerita dari penghuni rusun di Melborne yang mengalami 'lockdown' ketat
- Angka kematian COVID-19 di Indonesia sudah melebihi 10.000, jika dihitung sesuai pedoman WHO
- Dari sumber penularan baru virus corona di Melbourne?
Ada banyak warga Indonesia yang tinggal di kawasan 'hostpot' penularan virus corona di Australia.
Kita harus dapat menerima kenyataan bahwa tahun ini adalah tahun yang tidak normal dan rencana yang telah kita siapkan di awal tahun tidak akan berjalan seperti yang diharapkan.
Kita sadar orang-orang sudah mulai lelah; kita juga.
Kembali ke nol bagaikan sebuah kelemahan dan pemerintah harus memikirkan bagaimana caranya menghadapi rasa frustrasi mereka.
Namun, kita tetap harus selalu siap untuk bertindak singkap dan fleksibel dalam menghadapi kenaikan atau penurunan jumlah kasus.
Penjelasan Tiga Tahapan Pelonggaran
Pelonggaran aturan pembatasan pergerakan aktivitas di Australia akan dilakukan secara bertahap.
Belajar dari kesulitan
Kesulitan telah dipelajari selama ini, seperti pelanggaran yang dilaporkan dalam pedoman pengendalian penularan di hotel-hotel yang menjadi tempat karantina untuk pendatang masuk Australia.
Ini menunjukkan bahkan jika 99 persen dari sistem berjalan sekalipun, kesalahan satu saja dalam upaya pengendalian penularan sudah cukup menyebabkan kembali meningkatnya kasus.
Di satu sisi, banyaknya kasus yang terdeteksi adalah tanda jika sistem deteksi dan pelacakan kontak berfungsi. Ini jadi hal yang meyakinkan.
Tetapi ada kembalinya wabah ditemukan juga dalam pandemi virus corona selama ini. Yang penting adalah bagaimana penanganannya dan kembali ke aturan pembatasan menjadi diperlukan.
Dan, seperti biasa, pesan utama adalah dites jika merasa tidak sehat, mencuci tangan dengan benar, mengikuti anjuran diam di rumah, tidak bergaul dengan orang lain, dan memahami jika menjaga jarak fisik masih jadi cara terbaik untuk mencegahnya.
Masker sendiri tidak cukup untuk membuat Anda tetap aman, tetapi orang-orang yang tinggal di "hot spot" di Victoria mungkin sebaiknya mempertimbangkan untuk memakainya, saat jarak fisik tidak dapat dilakukan, seperti supermarket.
Tetapi untuk bagian Australia lainnya di luar 'hot spot', pemakaian masker di tempat umum belum direkomendasikan.
Intinya adalah kita semua memiliki peran untuk berperan dalam membendung penularan COVID-19 dan mencegah kemungkinan kita akan mengalami 'lockdown' di masa depan.
Jelas, ini tidak semuanya terjadi di Victoria dan kita sekarang melihat konsekuensinya.
Philip Russo adalah 'Associate Professor' dan direktur Cabrini Monash University Department of Nursing Research di Monash University, serta Presiden Australasian College for Infection Prevention and Control. Brett Mitchell adalah seorang profesor keperawatan di University of Newcastle. Mereka berdua adalah anggota COVID Evidence Taskforce Steering Committee . Artikel sudah dimuat di The Conversation.
(ita/ita)