Hal ini terlihat dari meningkatnya pendaftaran program pascasarjana, yakni S-2 dan S-3, di beberapa universitas di Australia Barat.
Seperti yang terjadi di University of Western Australia, Notre Dame, dan Curtin University di kota Perth, dimana jumlah pendaftaran siswanya meningkat 34 persen dari tahun lalu.
Salah satu mahasiswa di Australia Barat yang melanjutkan studinya adalah Cameron Carr.
Penelitian dari 'Centre for Social Impact' di Australia menyarankan mahasiswa di tahun terakhir untuk melanjutkan kuliah, agar lebih mudah menembus pasar kerja di saat akan banyak kesempatan.
Namun, ahli ekonomi Conrad Liveris mengatakan selain biayanya yang mahal, di beberapa bidang pekerjaan, sebenarnya studi lanjutan juga tidak diperlukan.
"Melanjutkan kuliah hanya karena alasan belajar bukan keputusan yang baik," kata Conrad.
"Keputusan untuk melakukannya betul-betul harus dipikirkan baik-baik. Apakah gelar yang didapatkan nantinya akan membuka peluang karier masa depan?"
Menurutnya, meskipun kini Pemerintah menawarkan banyak potongan harga, uang kuliah di Australia masih relatif mahal, yaitu di kisaran AU$20,000 (Rp193 juta) sampai AU$50,000 (Rp483 juta) untuk program S2 atau S3.
"Hal lain yang harus jadi pertimbangan adalah waktu, selain dari pengorbanan emosi dan tenaga," tambah Conrad.
Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di Australia hanya di ABC Indonesia (ita/ita)