Sonata Khrisna Deva, asal Sukabumi, Jawa Barat, sudah hampir dua bulan berada di tengah lautan, karena beberapa negara menolak kapal pesiar tempatnya bekerja bersandar atau berlabuh.
Di tengah pandemi COVID-19, banyak negara menolak masuk kapal pesiar ke kawasannya setelah diketahui penularan virus corona banyak berasal dari kapal pesiar.
Kapal pesiar Holland-American Line, yang berkantor pusat di Amerika Serikat, sebenarnya sudah tidak lagi memiliki tamu penumpang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, ada hampir 1.000 anak buah kapal, termasuk asal Indonesia, yang masih bertahan di atas kapal pesiar dan belum bisa pulang.
"Kapal ini rutenya hanya Australia dan New Zealand, bolak-balik di kawasan itu saja," kata Sonata kepada Hellena Souisa dari ABC News.
Ikuti laporan terkini terkait virus corona dari Australia dalam Bahasa Indonesia.
"Istilahnya, kami masih tetap pegawai. Tapi karena nggak melaut, ya nggak digaji. Nanti setelah dipulangkan, bisa dipanggil kerja lagi kalau kondisi [sudah] normal," katanya yang baru mulai bekerja di kapal pesiar Desember 2019 lalu.
Awal April lalu, seperlima dari 1.040 awak kapal Ruby Princess yang bersandar di New South Wales, Australia diketahui menunjukkan gejala tertular virus corona.
Di Australia 11 kematian dan 600 kasus positif COVID-19 diketahui memiliki kaitan dengan kapal pesiar, sehingga menjadi sumber penularan virus corona yang terbesar di Australia.
Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di dunia lewat situs ABC Indonesia
(ita/ita)