Di tengah pandemi virus corona, Pemerintah Australia menyarankan seluruh warganya di luar negeri untuk pulang. Jurnalis ABC di Jakarta pun dengan berat hati meninggalkan kota yang sudah menjadi "rumah" mereka selama ini.
Berikut penuturan jurnalis Anne Barker yang sudah lebih setahun bertugas di Indonesia:
Ini merupakan keputusan paling menyakitkan yang pernah saya buat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebulan lalu, tak pernah terlintas dalam pikiran saya, atau rekan lainnya di biro ABC di Jakarta, bahwa kami tidak bisa lagi bekerja seperti biasa, melaporkan peristiwa di Indonesia.
Bahkan setelah ada dua kasus pertama virus corona yang dikonfirmasi pihak berwenang.
Tapi satu minggu adalah waktu yang terbilang lama dalam situasi pandemi.
Hanya dalam tempo beberapa hari semuanya tiba-tiba berubah.
Dari dua kasus menjadi empat. Dari empat menjadi 19 kasus.
Lalu 30, 96, 227 dan terus meningkat drastis.
Sejumlah pertanyaan muncul di benak saya. Begitu pula yang dikemukakan juru kamera dan produser kami di biro.
Bagaimana jika Indonesia tiba-tiba menjadi seperti Italia atau Iran, yang mengalami ribuan atau puluhan ribu kematian?
Saat saya menelepon Yanti, manajer kantor biro, kami berdua tak kuasa menahan tangis.
Selama 41 tahun bekerja di ABC di Jakarta, Yanti belum pernah melihat kantor dalam keadaan kosong seperti ini.
Kesedihannya dapat dimengerti, karena dia khawatir kami mungkin tak akan pernah bisa kembali.
Saya meyakinkan mereka, bahwa saya masih menjadi koresponden ABC untuk Indonesia, akan tetap bekerja meski sementara ini berada di Australia.
Kini setelah beberapa saat di Australia, saya justru sudah merindukan rutinitas kantor kami di Menteng, juga kopi Jawa, atau Phil yang cerewet dengan kameranya.
Until we return my friends.
Tunggu sampai kami kembali, kawan.
Ikuti perkembangan terkini soal pandemi virus corona di dunia lewat situs ABC Indonesia
(ita/ita)