Pekan ini, berita dari Australia yang populer karena telah menyebar ke seluruh dunia adalah soal pembelian tisu toilet oleh sebagian warga Australia. Pemicunya adalah rasa kepanikan berlebihan.
Perilaku Pembelian Panik di Australia
"Saya belum bisa pakai tisu toilet. Saya masih pakai cara Indonesia/Jepang/Prancis dan Italy yang pakai air. Istri saya juga sejak kenal air malah lebih suka pakai air dari pada pakai tissue," lanjutnya.
'Toilet sprayer' atau 'bidet sprayer' adalah semprotan air yang dipasang di dekat tempat buang air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semprotan ini banyak digunakan di Indonesia, tapi di Australia nyaris jarang ditemukan di toilet.
Namun di banyak rumah keluarga asal Asia, pemasangan 'toilet sprayer' semakin banyak dilakukan.
Gede Bakti Susila adalah seorang warga Indonesia yang tinggal di Melbourne dan sehari-hari bekerja sebagai handyman di Australia.
'Handyman' adalah julukan untuk seseorang yang bisa melakukan pekerjaan apa saja di bidang pertukangan, seperti tukang kebun atau hal yang berhubungan dengan peralatan rumah tangga.
Dalam percakapan dengan wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya hari Kamis (5/3), Gede mengatakan ia sudah membantu beberapa keluarga Indonesia memasang 'toilet sprayer' di rumah mereka.
"Sepanjang tahun 2020, saya kira sudah ada 30 rumah yang memasang toilet sprayer tersebut. Dalam beberapa hari terakhir ini ada sudah 3 orang yang minta rumahnya dipasang," kata Gede.
Menurut Gede, sejauh ini yang meminta rumahnya dipasang 'toilet sprayer' adalah warga asal Indonesia.
"Juga ada orang asal India, namun memang saya belum pernah memasang di rumah orang bule," katanya.
Dengan menggunakan 'toilet sprayer', penghuni rumah tidak lagi memerlukan tisu toilet dalam jumlah besar.
Warga sebaiknya berpikir rasional
Menanggapi perilaku panik warga Australia yang memborong tisu dan barang-barang lainnya di supermarket, para pakar di Australia mengatakan warga selayaknya berpikir secara rasional.
"Walaupun susah, sebaiknya kita harus berpikir secara rasional mengenai apa yang anda beli," kata Dr Gary Mortimer.
"Kalau anda biasa menghabiskan 4 gelondongan tisu setiap minggu, maka belilah 8 biji untuk dua minggu. Anda tidak perlu beli 64 gelondongan."
"Kalau memang khawatir mengenai kemungkinan kehabisan, pesan saja online ke salah satu supermarket, nanti bisa dikirim ke rumah."
Hal yang sama juga disetujui oleh Dr Jana, yang mengatakan secara psikologis kadang kita takut "kalah" dengan perilaku orang lain dan ingin mengikuti perilaku yang lain, karena merasa bersalah, bila tidak melakukannya.
"Memang tidak mudah dilakukan, namun jangan terperangkap dalam situasi takut tidak kebagian."
"Kita sudah diberitahu bahwa produksi tisu toilet stabil."
"Memang ketika ke supermarket, ketika melihat orang lain membeli, kita kemudian juga merasa harus membeli".
"Namun, ini hanya kebutuhan mendasar. Tidak perlu untuk menyimpan dalam jumlah besar," kata Dr Jana.
Simak berita-berita lainnya dari ABC Indonesia
(ita/ita)