Qobin telah mendaki gunung tertinggi yang ada di setiap benua. Tapi pria Malaysia ini mengaku memiliki dua orang istri justru jauh lebih sulit daripada naik ke puncak Gunung Everest.
Politisi sekaligus pengusaha bernama lengkap Muhammad Muqharabbin Mokhtarrudin ini tinggal di Kuala Lumpur dan menjalani kehidupan dengan dua rumah tangga.
Sebagai penjelajah dan pendaki, Qobin sudah pernah ke Kutub Selatan dan Kutub Utara, serta menjelajah medan sulit di berbagai negara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi dia mengaku, tantangan lebih besar yang dihadapinya adalah memiliki dua orang istri.
"Tidak mudah merawat hati orang," katanya kepada ABC.
ADVERTISEMENT
"Ini keyakinan saya, jadi saya harus berbuat yang terbaik untuk kedua istriku. Saya menganggapnya sebagai tantangan," ujarnya.
Dalam usianya yang 37 tahun sekarang, Qobin memiliki enam orang anak. Empat dari istri pertama dan dua dari istri kedua.
Kedua istrinya tinggal terpisah di Kuala Lumpur, berjarak sekitar 10 kilometer satu sama lain.
Masyarakat Melayu, China, dan India berbaur di kota ini, tapi masih mempertahankan tradisi masing-masing.
Mungkin salah satu hal yang berbeda dalam masyarakat ini adalah pria Muslim diperbolehkan memiliki hingga empat orang istri.
Meski mayoritas warga Muslim tidak berpoligami, tradisi memiliki lebih dari satu istri masih ditemukan.
Setiap tahun lebih dari 1.000 pria mengajukan izin poligami ke Pengadilan Agama Malaysia.
Ketemu istri kedua di Thailand
Dalam prakteknya, mayoritas pernikahan Muslim bukanlah pernikahan poligami.
Di Malaysia pun ada perdebatan tentang baik-buruknya pernikahan seperti itu.
Menurut aktivis Zainah Anwar dari LSM Musawah, Islam pada dasarnya menjunjung tinggi kesetaraan pria dan wanita.
Musawah mempromosikan kesetaraan gender dalam sistem hukum keluarga di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim.
Zainah yang juga salah satu pendiri 'Sister in Islam' menjelaskan pelajaran Alquran yang dia jalani sangat membebaskan dan mencerahkan.
"Kami menemukan ayat-ayat suci yang justru kebalikan dari apa yang diceritakan para ideolog Islam yang selama ini mendominasi ruang publik," ujarnya.
"Ayat tentang poligami sebenarnya mengatakan: 'Demi keadilan, yang terbaik bagi kamu adalah menikah satu kali'," kata Zainah.
"Jadi mengapa bagian pertama ayat itu bahwa boleh menikahi dua, tiga, empat istri lebih dikenal sebagai hak laki-laki dalam Islam?" tanyanya.
"Tetapi bagian akhir ayat, bahwa yang terbaik adalah menikahi satu istri untuk mencegah ketidakadilan, dilupakan?" tambahnya.
Zainah mempertanyakan mengapa satu penafsiran ayat Alquran mendapatkan legitimasi dengan mengorbankan penafsiran lainnya.
"Makanya kami memutuskan untuk menyebarkan pemahaman lain tentang Islam, pesan Islam lainnya soal hak-hak perempuan, keadilan, kasih sayang dan kesetaraan," katanya.
"Islam yang didefinisikan oleh para patriarki dan ideolog yang berwenang bukanlah satu-satunya pemahaman Islam," tambah Zainah Anwar.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.
(ita/ita)