Sebanyak 100 orang sukarelawan turun tangan dalam proyek "pesan antar" bagi warga China di Adelaide, Australia yang masih dalam proses karantina virus corona selama 14 hari.
Warga yang tidak boleh meninggalkan rumah ini merasa sangat terbantu dengan adanya layanan yang dikoordinasi dalam grup di platform komunikasi masyarakat China, WeChat tersebut.
Salah satu pengguna layanan sukarela ini adalah Terry Zhang, yang mengunjungi Beijing untuk menghadiri Festival Musim Semi bersama keluarganya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu kembali ke Adelaide, ia dan keluarganya harus langsung karantina di rumah.
"Kami tiba di rumah malam sekali, dan tidak ada makanan di kulkas. Saya mencoba memesan ke (supermarket) Coles, tapi mereka hanya bisa mengantar besoknya." kata Terry.
Anna Cheung yang adalah ketua Asosiasi Tong De di Australia Selatan memunculkan ide sukarelawan ini karena kasihan melihat warga yang dikarantina.
"Banyak orang sebenarnya sudah menghubungi saya dan mengatakan mereka tidak ada makanan di kulkas dan bertanya-tanya bagaimana keluarga mereka bisa makan."
Hal tersebut mendorong mereka untuk membentuk kelompok berbasis sukarela.
Dalam waktu 24 jam, respon yang mereka terima sangatlah positif 300 orang langsung tertarik untuk menjadi sukarelawan.
Hingga kini, sudah ada 500 orang yang terlibat.
Minat besar warga untuk membantu dalam kelompok tersebut memunculkan kebanggaan dalam diri Anna.
"Kelompok ini sangat, sangatlah kompak, inilah mengapa saya merasa tersentuh oleh sukarelawan ini."
"Kebanyakan dari mereka berbelanja sebanyak lima sampai enam kali, mengorbankan waktu, bensin, dan kadang malah membuatkan pangsit untuk orang yang dikarantina karena merasa iba."
Padahal Anna mengatakan bahwa ia tidak menyebarkan berita tentang kelompok sukarelawan ini dimana-mana.
"Berita menyebar dengan cepat, padahal kami tidak mengiklankan dimana-mana."
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini
(ita/ita)