"Komposisi kru Padewakang kontemporer ini mirip dengan yang terjadi di masa silam. Dulu pelayar dan pencari teripang didominasi pelayar Makassar dan Bugis, diikuti orang Bajau, Mandar, Flores dan Jawa. Sekarang juga demikian," ujar Muhammad Ridwan Alimuddin, salah satu kru.
Kru kapal kayu yang hanya mengandalkan layar ini terdiri atas Sampara Daeng Nyarrang, Anton Daeng Tompo, Kaseng Daeng Sewang, dan Umar Daeng Naba dari Makassar.
Selain itu, Abdul Muis, Basir, dan Ridwan dari Mandar, Guswan Gunawan dari Bugis, Rofinus Marianus Monteiro dari Flores, serta Horst Hibertus Liebner, antropolog Jerman yang kini menunggu status WNI-nya.
Di lokasi itu padewakang dibungkus dan disemprot pada hari Senin ini. Besok padewakang itu akan mengalami beberapa perbaikan untuk pelayaran ke Arhem Land. Tujuan akhir ekspedisi.
Perahu padewakang terbukti mampu menempuh jarak sejauh 1.330 mil laut atau 2.400 km.
"Selama pelayaran ini, di malam hari, setiap saya mendongak ke angkasa melihat bintang-bintang, secepat meteor diriku masuk lorong waktu. Ombak, angin, kibasan bendera, getar tiang layar berbisik, kamu satu bahtera dengan nenek moyangmu," kata Ridwan menjelaskan kesannya ikut dalam pelayaran ini. (ita/ita)