Gabriella Sheh senang ikut les matematika di salah satu tempat kursus sore hari dan akhir pekan di Sydney.
Anak perempuan berusia 10 tahun tersebut menyenanginya karena satu alasan karena dia belajar menggunakan sempoa.
"Saya kira lebih menantang dan lebih senang menggunakan sempoa dibandingkan kalkulator, karena kita menggunakan otak, dan kalau kalkulator hanya memencet beberapa angka saja." kata Gabriella yang belajar menggunakan sempoa di tempat kursus bernama CMA Mental Arithmetic di Chatswood.
Anthony Hua yang berusia enam tahun adalah murid termuda dari kelas yang berisi delapan murid sekolah dasar di sana.
Dengan cepat, Anthony bisa menjumlahkan berbagai angka menggunakan sempoa tersebut.
Dengan kepopulerannya di Asia tidak menurun, menurut Steson Lo dari Fakultas Psikologi UNSW di Sydney, semakin banyak anak-anak sekolah belajar menggunakan sempoa di Australia.
"Kursus sempoa ini tampaknya meledak dalam 10 tahun terakhir, khususnya di kota-kota besar di Australia, namun juga saya mendengar di kota-kota kecil juga terjadi peningkatan." kata Dr Lo.
"Penggunaan sempoa sudah memiliki sejarah panjang di Asia, dan beberapa orang sudah terbiasa dengan penggunaannya, dan ingin membantu anak-anak mereka terlibat dalam kegiatan yang pernah mereka lakukan dulu." katanya lagi.
Dr Lo mengatakan dengan siswa Australia mengalami kesulitan belajar matematika dibandingkan murid dari negara maju lainnya, sempoa ini berpotensi besar digunakan lebih umum.
Laporan yang dikeluarkan baru-baru ini menunjukkan bahwa hasil rerata siswa Australia yang berusia 15 tahun mendapat hasil sedikit di atas rata-rata negara maju yang tergabung dalam OECD di mata pelajaran matematika.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa siswa Australia tiga tahun tertinggal dibandingkan murid China dalam subjek yang sama, padahal di tahun 2003 ketertinggalannya hanya setahun.
"Akan menarik sekali bila ada aspek dari kurikulum sempoa ini dimasukkan ke dalam kurikulum mata pelajaran Australia." kata Dr Lo.
"Setiap murid belajar dengan cara yang berbeda, jadi bila ada cara yang berbeda-beda bagi siswa untuk memecahkan soal matematika, maka itu merupakan hal yang positif." katanya.
Lihat beritanya dalam bahasa Inggris di sini (ita/ita)