Petani apel di Australia memantau dari dekat hasil apel pertama di dunia dengan menggunakan robot yang sedang berlangsung di sebuah perkebunan apel Selandia Baru.
Proses panen menggunakan robot di kebun T&G Global itu berlangsung setelah empat tahun bekerjasama dengan Abundant Robotics dari AS untuk mengembangkan robot pemetik buah.
"Robot itu memiliki sistem penglihatan komputer yang memindai daun, mengidentifikasi buah yang cocok untuk dipanen, dan menggunakan metode mengisap untuk memisahkan buah dari pohon," kata Gary Westwood dari T&G Global.
"Butuh waktu lama sebelum robot ini dapat bergerak cepat. Tapi kami senang dengan kemajuannya sejauh ini," katanya.
"Kami melakukan berbagai pengukuran pada proses pemetikan buah ini dan tidak ada kerusakan pada buah dibandingkan pemetikan oleh tenaga kerja manusia," tambahnya.
Untuk memanfaatkan robot ini, kebun apel harus diatur sedemikian rupa agar buah dapat dipetik dengan mudah.
Robot prototipe serupa juga telah diujicoba di Australia.
Salah satu petani apel terbesar di Tasmania, Howard Hansen, saat ini mempekerjakan sekitar 70 pemetik dan pengepak di kebunnya di Grove di Lembah Huon.
"Ini perkembangan yang menarik. Tapi saya menilai proyek ini masih perlu banyak penyempurnaan sebelum diterapkan di Tasmania," kata Hansen.
"Di sisi positifnya, robot ini tampaknya lembut menangani buah dan berpotensi bekerja sepanjang waktu dibandingkan pekerja pemetik buah," jelasnya.
Dia menilai robot ini tampaknya bekerja lebih baik di pertanian yang lahannya datar.
T&G Global mengatakan robot itu tidak akan pernah sepenuhnya menggantikan pekerja pemetik buah. Sebagai gantinya akan mampu memetik buah lebih banyak setiap hari.
"Kami melihat robot memetik sampai 40 keranjang buah sehari, sehingga jelas akan melengkapi panen yang dilakukan manusia," kata Westwood.
Saat ini seorang operator harus mendampingi robot ketika bekerja di kebun, meskipun saat bekerja robot tersebut dapat bekerja sendiri.
Russel Rankin, yang membantu pengembangan robot pemetik buah ini, mengatakan sangat antusias bekerja di bidang robotika dan pertanian.
"Saya bekerja dengan universitas di Queensland yang mengembangkan robot pemetik cabai," kata Rankin.
"Mereka juga mengembangkan robot yang disebut Agbot, yang bisa mengatasi gulma," katanya.
"Universitas Sydney juga berinvestasi besar dalam mengembangkan platform untuk panen sayuran secara robotik," jelasnya.
T&G Global mengatakan apel yang dipanen oleh robot di kebun Hawkes Bay akan dikirim ke pasar di negara-negara Asia.
Simak beritanya dalam bahasa Inggris di sini.
(ita/ita)