Namun, rencana ini masih memerlukan otorisasi dari regulator, termasuk Komisi Persaingan dan Konsumen Australia (ACCC), untuk terus mengkoordinasikan penetapan harga, jadwal, penjualan dan pariwisata, dan pembagian kode dengan Emirates.
Maskapai penerbangan Australia tersebut mengharapkan kesepakatan lebih lanjut selama lima tahun ini akan menghasilkan "keuntungan bersih lebih dari $80 juta atau sekitar Rp 845 miliar per tahun mulai 2019".
Ketua Pusat Penerbangan Australia, Peter Harbison sepakat kalau aliansi lanjutan antara Qantas dan Emirates ini akan bermanfaat bagi Qantas.
"Ini akan menghemat banyak uang, karena tidak harus bersaing dengan Emirates," katanya.
"Cara terbaik adalah bergabung dengan mereka."
Kembali transit di SingapuraSalah satu perubahan penting dari kesepakatan ini adalah Qantas akan menghapuskan Dubai sebagai titik persinggahan dalam rute penerbangan mereka dengan tujuan akhir Eropa.
Sebagai gantinya, Qantas akan kembali menggunakan Singapura sebagai titik transit untuk layanan A380 Sydney-London mulai 25 Maret tahun 2018.
Dalam beberapa tahun terakhir, survei konsumen telah menunjukkan bahwa penumpang mengekspresikan preferensi yang kuat untuk persinggahan di Asia - bukan Timur Tengah - pada penerbangan ke Eropa.
Lima tahun yang lalu, Qantas menghentikan persinggahan penerbangan Australia ke London dan Eropa via Singapura β ketika Qantas mulai beraliansi dengan Emirates.
"Kemitraan kami telah berkembang ke titik dimana Qantas tidak perlu lagi menerbangkan pesawatnya sendiri melalui Dubai," kata CEO Qantas, Alan Joyce.
"Itu berarti kita bisa mengalihkan sebagian pesawat A380 kita terbang ke Singapura dan memenuhi permintaan kuat yang kita lihat di Asia."
Posisi kuat Qantas dalam renegosiasiNamun, ketua Strategic Aviation Solutions, Neil Hansford sedikit lebih sinis menanggapi kerjasama ini.
"Jika aliansi itu akan terjadi, maka transit harus melalui Dubai - namun Qantas sekarang melakukan negosiasi ulang dari posisi yang memiliki kekuatan lebih besar," katanya.
Pekan lalu, perusahaan tersebut menyampaikan laba fundamental terbesar kedua yang tercatat, dengan total $ 1,4 miliar.
"Bagi Qantas untuk mampu mempertahankan pangsa pasarnya pada rute Australia-London, mereka perlu mengembalikan Singapura sebagai tujuan persinggahan," kata Hansford.
Kalau tidak, mereka akan kehilangan penumpang, yang tidak mau berhenti di Dubai, ke perusahaan penerbangan lain."
Salah satu pemenang yang sudah jelas diuntungkan dalam kesepakatan ini adalah Bandara Changi, Singapura, yang akan mendapat dorongan besar untuk status hub udaranya.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Changi Airport Group memuji keputusan Qantas dan mengatakan akan memberikan tambahan 3.806 kursi satu arah, yang merupakan kenaikan 5,5 persen, setiap minggu (di rute Singapura-Australia).
Australia adalah salah satu dari lima pasar utama Singapura dalam hal lalu lintas penumpang - dengan lebih dari 5,5 juta penumpang yang bepergian antara Singapura dan Australia setiap tahunnya.
Diterjemahkan pada 01/9/2017 oleh Iffah Nur Arifah dari artikel Bahasa Inggris disini. (nvc/nvc)