Eka yang kini berusia 24 tahun memutuskan pergi ke Australia, karena sejak berada di bangku sekolah ia selalu ingin merasakan tinggal di luar negeri.
Eka berpose di depanFlindersStation,Melbourne (22/11/2016) Foto: KoleksiMerdekawatiEvanglieWeken
Lewat jenis visa Liburan Kerja atau Working Holiday visa yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia, ia merasa kesempatan ini terlalu sayang untuk dilewatkannya. Berikut bincang-bincang Erwin Renaldi dari Australia Plus dengan Eka.
Apa yang menjadi persyaratan tersulit bagi Eka saat mendaftar?
Bagi saya dari segi dana, karena [saat itu] saya pribadi belum memiliki uang sebesar Rp 50 juta. Saya harus berkomunikasi dengan orang tua saya, sehingga puji Tuhan saya diberikan kesempatan bisa menggunakan dana dari orang tua saya sebagai salah satu persyaratan working holiday visa.
Salah satu persyaratan visa ini adalah memiliki kemampuan bahasa Inggris fungsionil, atau setara dengan nilai IELTS 4,5. Ini tidak sulit bagi Anda?
Saya melakukan latihan, ikut kursus persiapan. Jadi kalau kita belajar sambil latihan-latihan, pasti nilai 4,5 bukanlah hal yang sulit untuk bisa diraih.
Bagaimana cara Anda mendapat informasi kerja dan apa pekerjaan pertama Anda?
Saya menggunakan situs pencarian kerja... saat jalan-jalan juga melihat kaca jendela toko-toko atau restoran, dimana mereka biasanya memasang lowongan pekerjaan. Saya juga menggunakan relasi yang ada disini, jadi semua usaha dilakukan. Pekerjaan pertama saya di toko yang menjual souvenir, seperti kaos-kaos, di pasar Queen Victoria Market.
...pekerjaan yang belum tentu Anda lakukan di Manado?
Ya, tapi pengalaman itu luar biasa karena saya bertemu dengan begitu banyak turis dan saya sangat menikmatinya. Jujur, saya tak pernah gengsi dengan pekerjaan yang sudah saya dapatkan disini. Apalagi ini pengalaman luar biasa, bisa bekerja di luar negeri. Saya merasa bangga ketika berani keluar dari zona nyaman di Indonesia, di Manado.
Saya berani ambil kerjaan apapun disini, yang penting baik, halal, dan orang tua juga keluarga saya baik-baik saja dengan keputusan saya.
MerdekawatiEvanglieWeken, atau akrab dipanggil Eka, saat berkunjung keSydney (22/11/2016). Foto: KoleksiMerdekawatiEvanglieWeken.
Hal apa yang paling Anda sukai dari pekerjaan Anda?
Sekarang saya bekerja di sebuah restoran di Indonesia. Saya melakukan hampir semuanya, kecuali memasak. Jadi saya mempersiapkan bagian depan... meja, kursi, alat-alat makan, taking order, cuci piring, kadang jadi kasir. Yang paling saya suka..., karena kebanyakan pelanggannya adalah orang Australia, jadi saya bisa melatih bahasa Inggris, sekalian melihat bagaimana kebiasaan mereka. Tidak hanya mencatat pesanan, tapi ada komunikasi. Mereka juga tanya pengalaman saya disini.
Tujuan dari visa ini adalah tidak hanya bekerja, tapi juga menikmati liburan, seperti mengeksplor tempat-tempat Australia. Bagaimana berbagi waktu antara jalan-jalan dan kerja?
Saya biasanya tidak mengambil kerja selama tujuh hari penuh. Maksimal lima sampai enam hari, jadi ada satu hari bisa jalan-jalan keliling kota. Kalau saya tidak bekerja sampai malam, setelah pulang biasanya juga jalan-jalan.
Sebagai pekerja asing, kemana sebaiknya mengadu jika seandainya ada perlakuan tidak adil dari perusahaan atau pihak yang memperkerjakan Anda?
Kalau menurut saya, kita bisa lapor ke kantor Konsulat Jenderal RI. Tapi kita juga bisa menggunakan jejaring sosial yang ada, di Facebook pun ada group working holiday visa sendiri, dimana kita bisa saling berbagi cerita atau mengetahui pengalaman orang lain. Juga penting untuk punya relasi yang sama-sama orang Indonesia, jadi kita bisa berbagi cerita dengan mereka dan mereka pasti mau membantu kita.
Ingin tahu tips lain seputar working holiday visa? Ikuti pengalaman Brian dan Eka lainnya di situs australiaplus.com/indonesian. Bergabung pula bersama komunitas kami di facebook.com/AustraliaPlusIndonesia (nwk/nwk)











































