Demikian salah satu poin yang mengemuka dalam seminar Accessing the Indonesian Market for Small Businesses (Mengakses Pasar Indonesia bagi Usaha Kecil dan Menengah) yang diselenggarakan oleh Indonesia Business Center (IBC) di Gedung KJRI Melbourne hari Selasa (9/8/2016). Penyelenggaraan seminar ini adalah bagian dari Festival Usaha Kecil (Small Business Festival) yang diselenggarakan oleh pemerintah negara bagian Victoria selama bulan Agustus 2016.
Pernyataan bahwa Indonesia masih merupakan pasar yang sangat potensial bagi pebisnis Australia diungkapkan Craig Malcolm dari Australian Industry Grup, yang merupakan bagian dari Departemen Perdagangan Australia, dalam usaha membantu para pebisnis UKM di Australia guna berkembang.
"Sudah banyak yang mengalihkan perhatian ke China, atau ke negara-negara seperti Hongkong dan Singapura untuk mengembangkan bisnis mereka. Hal yang tidak salah, namun saya melihat bahwa Indonesia masih banyak menyimpan potensi bagi pebisnis Australia." kata Malcolm.
Namun menurut Malcolm, bila pebisnis Australia ingin masuk ke pasar Indonesia, mereka sebaiknya tidak mencoba di bidang seperti ternak sapi atau pertambangan. "Bagi saya, dua bidang itu sudah penuh. Sudah banyak pemain di sana." kata Malcolm.
Peserta seminar mengenai peluang berbisnis di Indonesia diKJRI hari Selasa (9/8/2016).Foto: Sastra WijayaSelain Malcom, dua pembicara lain dalam acara yang dihadiri oleh sekitar 50 pebisnis yang kebanyakan warga Australia ini, adalah Kevin Maher dari Commonwealth Bank dan Lawrence Christoffelzs, Presiden Kamar Dagang Perdagangan Internasional Australia (Astralian Chamber of International Trade, ACIT).
Menurut ketiga pembicara tersebut, melakukan bisnis di Indonesia tidaklah lebih 'berbahaya' dilakukan dibandingkan dengan di negara lain maupun di dalam Australia sendiri.
"Sepanjang Anda melakukan beberapa hal yang memang harus dilakukan. Pertama, sebaiknya Anda memiliki partner yang bisa dipercaya di Indonesia. Kedua, semua pembicaraan dan perjanjian seharusnya didokumentasikan dalam bentuk tertulis, sehingga semua hal menjadi jelas. Dan juga yang paling penting adalah riset, riset, dan riset mengenai pasar di sana." kata Craig Malcolm.
Menurut Craig Malcolm, pengetahuan mengenai partner bisnis di Indonesia bagi pengusaha Australia harus benar-benar menjadi prioritas. "Dalam pengalaman, saya melihat ada pengusaha yang melakukan pengecekan lebih mendalam mengenai sekretarisnya yang berusia 18 tahun di Australia. Semua dicek, sementara latar belakang mitra bisnisnya di Indonesia, tidak banyak dilakukan, dan hanya percaya saja dengan keterangan dari yang lain."
Sementara Kevin Maher dari Commonwealth Bank mengatakan bahwa LC (Letter of Credit) harus menjadi standar transaksi bisnis. "Sepanjang anda memiliki LC ini maka posisi sudah terlindungi, dalam arti bila anda mengirimkan barang ke Indonesia dan mengalami masalah, anda akan tetap dibayar bila ada LC tersebut." kata Maher.
Dalam sesi tanya jawab, salah seorang peserta mengangkat masalah kepastian hukum dalam berbisnis di Indonesia. "Dalam pengalaman saya selama kerja 30 tahun terakhir, tidak pernah ada LC yang tidak dibayar. Saya pernah tahu ada 1 LC yang bermasalah, namun itupun dengan Iran, ketika terjadi revolusi di sana. Namun akhirnya pun tetap dibayar setelah lima tahun." kata Maher.
Dalam paparannya, Lawrence Christoffelzs dari ACIT yang membantu para pebisnis Australia yang ingin memasuki pasar di luar negeri mengatakan bahwa untuk masuk ke pasar seperti Indonesia, para pebisnis Australia harus juga berpikir lebih kreatif.
"Bersikaplah inovatif. Dunia sekarang sudah berubah, demikian juga di Indonesia yang memiliki kelas menengah yang semakin banyak. Anda bisa mendukung mitra anda dengan kemungkinan e-commerce, atau kehadiran anda di internet dengan situs dalam dua bahasa misalnya." kata Christoffelzs.
Menanggapi masih adanya kekhawatiran untuk berbisnis di Indonesia karena ketidakpastian hukum dan pertanyaan bagaimana membuat kantor perwakilan di Indonesia, Banga Malewa dari Bagian Ekonomi KJRI mengatakan bahwa tanggal 12-16 Oktober mendatang di Jakarta akan diselenggarakan Expo Perdagangan.
"Kami mengundang Anda semua untuk hadir di Jakarta guna bertemu dengan berbagai kalangan bisnis. Saya akan membantu mempertemukan Anda dengan kontak di bidang yang Anda tekuni." kata Malewa. (nwk/nwk)











































