Sebagai wujud kepedulian, Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) di University of Queensland, menyerahkan bantuan sosial berupa uang tunai Rp 25 Juta kepada Panti Asuhan Kerahiman, di Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Penyerahan yang dilaksanakan pada Sabtu, 23 Juli 2016 lalu ini merupakan rangkaian dari event "Indonesian Day 2016" yang telah dilaksanakan pada 7 Mei 2016 lalu di Brisbane, Australia.
Bantuan yang diserahkan oleh Yohannes Fajar I. Kambon, selaku Presiden Perhimpunan Pelajar Indonesia Australia (PPIA) di University of Queensland, langsung diterima oleh Sr. Mariecen, sebagai penanggung jawab Panti.
Dikatakan oleh Sr. Mariecen bahwa pihaknya sangat berterima kasih atas bantuan kepedulian mahasiswa Indonesia serta masyarakat di Brisbane melalui donasinya.
Pihaknya akan menggunakan bantuan ini untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak-anak panti yang kini total berjumlah 82 anak.
Disampaikan Fajar Kambon, bahwa sejak beberapa tahun terakhir, event "Indonesian Day" telah menjadi ajang untuk menggalang donasi, dimana hasil penggalangan tersebut disalurkan kepada kalangan yang membutuhkan di Indonesia.
Pada tahun 2016 ini, acara yang turut didukung oleh Kementerian Pariwisata, University of Queensland (UQ) dan beberapa perusahaan swasta nasional ini berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp 50 juta lebih.
Dari total ini, Rp 25 Juta di antaranya telah diserahkan secara simbolis pada Sabtu lalu kepada Panti Asuhan Kerahiman di Sentani, Jayapura, Papua. Sedangkan separuhnya lagi akan disalurkan dalam waktu dekat kepada salah satu Panti Asuhan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Provinsi Papua merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) relative rendah, yakni dibawah 60 (berdasarkan data BPS Papua 2015), sehingga dengan fakta tersebut kami memandang bahwa donasi dengan semangat "Building of a Nation" cukup layak disalurkan di Provinsi tersebut . Agnesia Sera
Dalam keterangannya kepada wartawan ABC Australia Plus Indonesia, L. Sastra Wijaya hari Jumat (29/7/2016), Agnesia Sera, Sekretaris UQISA bahwa di tahun 2016 ini, Indonesian Day mengambil tema pendidikan dengan judul "Builders of a Nation".
"Sehubungan dengan tema tersebut, kami mendapati bahwa Provinsi Papua merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) relative rendah, yakni dibawah 60 (berdasarkan data BPS Papua 2015), sehingga dengan fakta tersebut kami memandang bahwa donasi dengan semangat "Building of a Nation" cukup layak disalurkan di Provinsi tersebut sebagai bentuk kepedulian sekaligus harapan kami bagi meningkatnya kualitas pendidikan di Provinsi Papua." katanya.
"Demikian halnya dengan rencana penyaluran donasi di Kalimantan Selatan. Provinsi ini juga kami pandang perlu untuk mendapat dukungan lebih di sektor pendidikan, sehingga separuh dari donasi tersebut juga sedianya akan disalurkan kepada salah satu Panti Asuhan di Banjarmasin." tambah Agnesia.
Bagaimana proses pengumpulan dana di Brisbane? Menurut Agnesia, pengumpulan dana tersebut dilakukan dengan dua cara.
"Pertama adalah saat pelaksanaan event Indonesian Day, kami menyediakan kotak Donasi sehingga para penonton, baik pelajar maupun masyarakat yang hadir pada acara "Indonesian Day" secara sukarela memberikan donasi mereka secara langsung."
"Kedua, kami juga melakukan melakukan penggalangan dana dengan membuka rekening "donasi Indonesian Day". Penggalangan ini kami lakukan sejak beberapa minggu sebelum event Indonesian Day. Melalui cara ini kami pun mendapat banyak respon positif melalui sumbangan yang masuk ke rekening donasi Indonesian Day." katanya lagi.
Menurut Agnesia, di tahun sebelumnya, 2015, PPIA UQISA juga sudah menyalurkan bantuan ke dua wilayah Indonesia lainnya, yaitu di Jakarta dan juga di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Keduanya untuk membantu anak-anak penyandang autis.Di Jakarta donasi diserahkan melalui Rumah Autis, sedangkan untuk di Bogor, bantuan disalurkan melalui Rumah Azaki (Rumah Terapi anak-anak penyandang Autis) yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat." demikian keterangan Agnesia Sera.