Jumlah warga Australia yang terdiagnosa AIDS setiap tahunnya juga sangat kecil, sehingga peneliti dari lembaga penelitian Kirby dan Peter Doherty serta Australian Federation of AIDS Organisations, mengumumkan era sindrom fatal ini telah berlalu.
Kasus-kasus AIDS di Australia anjlok sejak datangnya pengobatan anti-retroviral di pertengahan 1990-an, yang menghentikan perkembangan virus HIV menjadi AIDS - dimana sistem kekebalan tubuh rusak parah sehingga tak mampu melawan infeksi.
Di masa puncaknya awal tahun 1990-an, sekitar 1000 warga Australia meninggal dunia akibat AIDS setiap tahun.
Namun menurut Professor Andrew Grulich, kepala HIV Epidemiology and Prevention Program pada Kirby Institute, jumlahnya saat ini begitu rendah sehingga bahkan sudah tidak dicatat lagi.
"Saat ini kita bahkan tidak memonitornya lagi, bagi kebanyakan orang hal ini sifatnya sementara; orang mengidap AIDS kemudian ikut pengobatan lalu mereka pun tidak lagi mengidap AIDS," katanya.
Di saat perang melawan HIV masih berlangsung, Professor Grulich mengatakan perubahan menjadi insiden AIDS "bukanlah semacam keajaiban". "Lebih banyak ditangani sebagai isu kesehatan masyarakat," ujarnya.
"Kasus-kasus AIDS yang kita lihat saat ini lebih merupakan orang yang tidak terdiagnosa HIV sehingga mereka tidak bisa terobati," kata Prof. Grulich. "Saya kira hal itu akan jadi hukuman mati."
Lloyd Grosse (51), yang divonis hidupnya tinggal 3 tahun saat dia terdiagnosa HIV 3 dekade silam, tak pernah membayangkan bisa melihat akhir dari AIDS.
"Saya mungkin selalu mengira bahwa ini akan menjadi hukuman mati," kata Grosse.
"Bangsal (rumah sakit) penuh orang yang menjemput ajal, bahkan ada masalah dengan orang yang mengantarkan makanan bagi mereka, mereka mendorong makanan ke kamar orang dengan ujung sapu, saat-saat yang mengerikan," ujarnya.
"Itulah saat ketika kami benar-benar berjuang mempertahankan hidup, dan berjuang menjaga rekan-rekan kami tidak terbenam," kata Grosse.
Saat itu Grosse mulai bekerja pada Bobby Goldsmith Foundation, badan amal HIV dan AIDS tertua di Australia, dan diberikan daftar sekitar 300 klien yang tidak mampu secara finansial dan terisolasi secara sosial.
Virus HIV-1 (berwarna hijau).Centres for Disease Control and Prevention
"Pernah ada satu pekan ketika 5 rekan saya dan 7 klien meninggal dalam sepekan, makanya hal semacam itu benar-benar sulit ditangani," katanya.
Professor Sharon Lewin, direktur Peter Doherty Institute, menjelaskan pengobatan anti-retroviral telah berperan penting, memungkinkan orang dengan HIV bisa hidup lama dan sehat.
"Saya menyaksikan transformasi HIV dari hukuman mati menjadi penyakit kronis yang bisa ditangani," jelasnya.
Akhir AIDS bukan akhir HIV
Terlepas dari kemajuan ini, para peneliti langsung mengingatkan bahwa akhir AIDS bukan akhir virus HIV.
Sekitar 1000 kasus baru HIV dilaporkan terjadi di Australia setiap tahun, dan pihak terkait khawatir bahwa generasi muda, yang tak menyaksikan epidemi AIDS di tahun 1980-an dan 1990-an, menjadi lengah.
Professor Lewin menjelaskan 10 persen dari mereka yang terdiagnosa HIV di Australia tergolong ke dalam infeksi HIV lanjut.
"Salah satu masalah yang kita alami di Australia karena orang tidak diperiksa, tidak tahu mereka terinfeksi HIV, dan melakukan pemeriksaan pertama saat mereka telah mengalami AIDS, atau kekebalan tubuhnya telah rusak parah," katanya.
Pihak terkait juga memperhatikan kondisi di dunia, khususnya negara-negara kawasan Asia Pasifik, dimana 180 ribu kasus AIDS dan 1,2 juta kasus HIV dilaporkan terjadi tiap tahun.
Don Baxter, dari Australian Federation of AIDS Organisations, mengatakan penting bagi Australia melanjutkan dukungannya bagi negara-negara yang hingga kini belum bisa memberantas epidemi AIDS.
"Kita melihat sedikit sekali negara yang bisa menurunkan tingkat infeksi saat ini, dan kita tak melihat kemauan politik pemerintah negara tersebut sebagaimana yang kita punya di Australia," kata Baxter.
Dia menambahkan, Australia memang telah menjanjikan 200 juta dolar bagi Global Fund, yang dibentuk untuk menyalurkan bantuan secara internasional dalam menangani HIV dan AIDS, namun diperlukan lebih dari itu.
Hal serupa dikemukakan Professor Lewin. "Kita berharap pada September ketika dana ditambah lagi, pemerintah kita akan lebih bermurah hati," ujarnya.
Diterbitkan Pukul 13:30 AEST 11 Juli 2016 oleh Farid M. Ibrahim. Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini. (nwk/nwk)











































