Rahila Haidary, seorang gadis Muslim yang tinggal di Perth, bertekad untuk terus menentang para demonstran anti-Islam, meski pertemuan mereka di salah satu aksi demo kelompok Reclaim Australia, membuatnya kecewa.
Rahila adalah pengungsi asal Afghanistan yang berusia 21 tahun. Awalnya dia ingin bergabung dalam aksi rekan-rekannya yang anti-rasisme di Perth bulan lalu. Tetapi dia berubah pikiran di menit terakhir.
"Sepanjang malam saya berpikir 'orang-orang ini menentang Muslim, tapi kenapa?" tanyanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun ditemui oleh beberapa anggota United Patriots Front (UPF), kelompok anti Islam, yang bertanya apakah dia akan membahas agamanya dengan mereka.
"Mereka mengatakan, Anda setuju dengan kebebasan? Dan saya jawab, 'ya saya setuju'. Pertanyaan menarik berikutnya adalah 'apakah Anda pertama menyebut diri anda Muslim atau warga Australia?" ceritanya.
"Saya bilang, saya akan menyebut diri sebagai warga Australia terlebih dahulu dan mereka terkejut, mereka bertanya 'mengapa? Bukankah Anda seorang Muslim yang bangga?' Saya katakan, ya memang, saya bangga dengan identitas Muslim saya," tutur Rahila.
"Alasan saya menyebut diri terlebih dahulu sebagai warga Australia adalah karena konstitusi Australia memberi saya kebebasan menjalankan agama dan itulah mengapa saya menghormati negara ini, itulah sebabnya saya di sini hari ini," lanjutnya.
Kebencian
Rahila mengatakan, ia senang dengan bagaimana jalannya percakapan itu tetapi ketika kelompok tersebut kemudian mengunggah foto dirinya di halaman Facebook mereka dan menulis bahwa mereka telah "mendidik" Rahila. Di situlah dia merasa marah.
"Saya kecewa. Jumlah kebencian yang berasal dari postingan itu, komentarnya benar-benar memilukan, beberapa dari mereka mengancam, 'tunggu sampai dia keluar dan jilbabnya dilepas' dan itu menghancurkan hati saya," ungkap perempuan ini.
Rahila mengatakan, ia menyesal menghadapi para pengunjuk rasa tapi akan melakukannya lagi jika ada kesempatan.
"Jika perlu, saya akan melakukannya. Jika saya merasa mereka perlu dididik lagi, maka saya akan melakukannya," sebutnya.
Rahila lahir di Uruzgan dan ketika ia berusia enam tahun, ia sempat menantang Taliban dengan berpakaian sebagai seorang anak laki-laki ketika pergi ke sekolah.
"Mereka punya hukuman yang benar-benar ketat untuk saya," ceritanya.
Rahila dikirim ke Pakistan dan keluarganya kemudian bergabung, sebelum akhirnya pergi ke Australia.
Ia menuturkan, sementara aksi unjuk rasa anti-Islam baru-baru ini telah membuatnya mempertanyakan gambaran itu, ia tetap mencintai Australia dan pengalamannya di aksi 'Reclaim Australia' semakin menetapkan hatinya berbicara tentang budaya dan agamanya.
"Tak ada yang benar-benar membuat saya takut," kata Rahila.
"Saya tak akan mentolerir ketidakadilan dan menghadapinya sambil mengatakan hei, hal itu tidak benar," pungkasnya.
(nvc/nvc)











































