Anggota ISIS Diduga Konsumsi Obat Anti-Depresi Captagon

Anggota ISIS Diduga Konsumsi Obat Anti-Depresi Captagon

Australia Plus ABC - detikNews
Rabu, 25 Nov 2015 10:33 WIB
Jakarta -

Apa mungkin membantai puluhan orang tak berdosa tanpa mengedipkan mata, tanpa penyesalan sedikitpun?. Beberapa korban selamat dari serangan Paris menggambarkan para penyerang bersenjata tampak tenang, ketika mereka menarik pemicu dan membunuh banyak orang.

Media Perancis melaporkan bukti bahwa para penyerang di bawah pengaruh obat, yang ditemukan hampir secara eksklusif di Timur Tengah, dan semakin banyak digunakan oleh anggota kelompok ISIS.

Obat itu dijuluki "obat militan" karena kemampuannya untuk menutupi rasa sakit, rasa takut dan rasa lapar, serta membuat para militan tetap terjaga, tenang dan waspada untuk waktu yang lama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Captagon - pil berbasis amfetamin sintetik - dianggap sebagai obat pilihan anggota ISIS di Suriah, Irak dan, sekarang tampaknya, di Paris.

Captagon awalnya dikembangkan untuk mengatasi kondisi hiperaktif dan depresi, tapi menjadi populer di kalangan ekstrimis berkat kemampuannya untuk menahan rasa takut dan lapar. (Foto: Reuters, Nikolay Doychinov)
Captagon awalnya dikembangkan untuk mengatasi kondisi hiperaktif dan depresi, tapi menjadi populer di kalangan ekstrimis berkat kemampuannya untuk menahan rasa takut dan lapar. (Foto: Reuters, Nikolay Doychinov)


Ketika polisi Perancis menggerebek kamar hotel di Alfortville, tenggara Paris, pada pekan lalu, mereka menemukan tumpukan jarum suntik dan tabung plastik.

Hotel Appart'City di Alfortville adalah tempat penyerang kedelapan- yakni Salah Abdeslam -diduga menyewa dua kamar selama beberapa hari, menjelang serangan.

Tes forensik belum mengkonfirmasi sifat bahan kimia yang ditemukan, dan polisi belum mengesampingkan kemungkinan adanya bahan peledak kimia yang digunakan untuk mempersiapkan rompi bunuh diri dalam serangan itu.

Namun, laporan media Perancis mengatakan, ada peningkatan bukti bahwa para penyerang di Paris kemungkinan telah mengkonsumsi ‘Captagon' untuk mempersiapkan diri mereka, beberapa jam sebelum serangan 13 November.

Beberapa saksi yang selamat dari serangan menggambarkan para pria bersenjata itu terlihat seperti "zombie", seakan terbius oleh obat-obatan terlarang.

"Saya melihat seorang pria menembak. Saya melihat seorang pria yang damai, tenang, dengan wajah yang hampir tenang, kontemplatif, maju ke bar,” kata seorang saksi kepada stasiun televisi Prancis, M6.

"Mereka seperti zombie. Seolah-olah dibius," ungkap saksi lainnya yang telah menyaksikan beberapa pria bersenjata memarkir mobil VW Polo hitam di luar restoran, sesaat sebelum penyerangan terjadi.

Captagon awalnya digunakan sebagai obat depresi

Captagon awalnya diproduksi di Barat pada tahun 1960an untuk mengobati sejumlah kondisi seperti hiperaktif dan depresi. Tetapi kemudian, peredarannya dilarang di sebagian besar negara karena sifat adiktifnya.

Kini, obat itu sangat banyak ditemukan di Timur Tengah, terutama Suriah, di mana produksi dan penggunaan-nya telah melonjak sejak awal perang saudara di negara itu.

Obat tersebut berisi ‘fenethylline stimulan', yang diserap oleh hati untuk memproduksi amfetamin dan teofilin, yang mengalir melalui aliran darah ke otak dan bertindak sebagai stimulan.

Para pakar obat, pedagang dan aktivis lokal mengatakan, produksi Captagon di Suriah mulai ditingkatkan pada tahun 2013, melampaui produksi di negara-negara lain di kawasan itu, seperti Lebanon.

Pasukan Pemerintah Suriah dan kelompok pemberontak, tahun lalu, menuduh satu sama lain telah menggunakan Captagon untuk bertahan dari serangan- tanpa tidur, sementara para dokter mengatakan, warga umum Suriah juga semakin banyak menggunakan pil- yang dijual antara 5 hingga 20 dolar (atau setara Rp 50.000-200.000) -tersebut.

Selain membantu pasukan dan militan bertahan sepanjang pertempuran, laporan wawancara dengan para pihak yang terkait perdagangan menunjukkan, produksi Captagon juga menghasilkan ratusan juta dolar dalam pendapatan tahunan Suriah, dan berpotensi mendanai pembelian senjata.

(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads