Demikian hasil penelitian yang ditulis pakar bisnis Dr Peter Cebon dari Melbourne Business School di University of Melbourne. Ia melakukan penelitian bersama Dr Benjamin Hermalin dari University of California, Berkeley.
"Bonus kinerja terdengar seperti sebuah ide yang bagus," kata Dr Cebon kepada ABC.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebaliknya, bonus besar terbukti lebih sering menggoda para COE untuk mengambil strategi buruk bagi perusahaan," katanya.
Dijelaskan, persoalan yang dipicu oleh bonus kinerja adalah mendorong para CEO untuk melakukan strategi perusahaan yang mementingkan hasil terukur dalam jangka pendeka dan jangka menengah.
"Hal ini pada gilirannya mendorong direksi untuk bersembunyi di balik kinerja terukur, bukannya aktif membangun pemahaman mendalam mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam perusahaan," para Dr Cebon.
Dr Cebon mengatakan, potensi mendapatkan bonus seringkali membuat CEO gelap mata dan akhirnya mengambil strategi yang keliru, dan dalam beberapa kasus bahkan strategi yang akan gagal.
"Jika anda berada dalam lingkungan yang tidak pasti, mengejar bonus bisa berakhir dengan pengambilan strategi buruk," katanya.
Dia menjelaskan, dalam tiga dekade terakhir, pemberian bonus besar bagi CEO didasarkan atas asumsi seperti ini, bahwa "kinerja perlu dihargai".
"Penelitian kami menunjukkan bahwa argumentasi itu tidak selalu tepat," katanya.
Penelitian yang dimuat dalam Review of Financial Studies ini menyarankan, meskipun bonus bagi CEO tidak perlu dilarang namun diperlukan adanya pengaturan dalam tingkatan bonus tersebut.
(nwk/nwk)