Salah seorang peternak Nick Thorne yang memiliki peternakan Cedar Park di luar kota Darwin mengatakan, tahun 2015 akan tetap memberikan harapan yang baik bagi kalangan peternak.
"Saya kira akan tetap menjadi tahun yang baik tergantung pada seberapa banyak izin impor yang dikeluarkan oleh Indonesia perkuartal," katanya kepada ABC.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Thorne sendiri telah memperluas bisnisnya dengan memberli dua peternakan baru karena kurangnya orang Australia sendiri yang melakukan investasi di sektor ini.
Kekhawatiran yang melekat di benak peternak sapi Australia belum juga hilang menyusul dihentikannya sama sekali ekspor ternak hidup di tahun 2011 silam.
Saat itu, pemerintah Australia secara sepihak melarang ekspor sapi ke Indonesia karena munculnya laporan ABC yang mengungkap perlakuan keji terhadap sapi-sapi di rumah jagal di Indonesia.
Sebaliknya, pemerintah Indonesia yang merasa dirugikan oleh penghentian itu, juga melakukan aksi balasan dengan memperketat izin impor sapi Australia.
Namun, kondisinya belakangan mulai membaik, dan tahun 2014 lalu tercatat ekspor sapi Australia yang tertinggi ke Indonesia, lebih dari 700 ribu ekor sapi.
Bahkan Indonesia untuk kuartal pertama (tiga bulan pertama) 2015 ini telah mengeluarkan izin iompor sebanyak 100 ribu ekor sapi.
Allison Penfold, CEO Dewan Eksportir Ternak Australia, mengatakan ada kemungkinan Indonesia akan meningkatkan kuota impor sapi kuartal pertama ini jika persediaan yang ada habis akhir Februari mendatang.
Sementara itu Vietnam akan menjadi penopang ekspor sapi Australia di samping Indonesia sejak membuka pasarnya di tahun 2011.ia.
Indonesia saat ini telah menghentikan impor sapi ukuran besar yaitu yang beratnya di atas 350 kg sejak tahun 2010. Sementara Vietnam tidak memberlakukan aturan serupa.
(nwk/nwk)