Keanekaragaman Spesies di Antartika Terancam

Keanekaragaman Spesies di Antartika Terancam

- detikNews
Selasa, 11 Mar 2014 11:10 WIB
Jakarta -

Ilmuwan Australia menemukan bahwa ancaman pemanasan bumi telah menyebabkan jumlah daratan tanpa es di Antartika semakin meluas. Keadaan ini berbahaya menyebabkan bermunculan spesies-spesies baru, yang disebut 'invasive species'. Sesuai namanya, spesies ini bisa menyerang ekosistem di kawasan dunia paling selatan tersebut.

Para peneliti telah melakukan pendataan terhadap hewan dan tumbuhan di kawasan Antartika untuk mengisolasi hotspot keanekaragaman spesies. Pendataan yang dilakukan untuk mengkarantina titik-titik keanekaragaman spesies ini telah dilakukan bertahun-tahun oleh ilmuwan Australia.

Dr Ceridwin Fraser dari Australian National University mengatakan kebanyakan spesies Antartika ditemukan di sekitar gunung berapi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jenis lumut-lumutan dan invertebrata, yang membentuk keanekaragaman hayati Antartika, membutuhkan lahan bebas es untuk bisa bertahan hidup. Kawasan gunung berapi yang menyediakan tempat tersebut," kata Fraser.

Gunung Erebus, gunung berapi paling aktif di Antartika (Foto: Steven Chown)
Profesor Peter Convey dari British Antarctic Survey mengatakan karena kondisinya yang unik, sekitar 60 persen dari spesies invertebrata Antartika tidak ditemukan di tempat lain di dunia.

"Jelas mereka tidak tiba di benua baru-baru ini, tetapi telah ada selama jutaan tahun. Bagaimana mereka selamat pada zaman es, yang berakhir kurang dari 20.000 tahun yang lalu, telah membingungkan para ilmuwan," katanya.

Tetapi hasil penelitian ini pun memberikan peringatan.

Dr Fraser menunjukkan bagian hangat dari Antartika memungkinkan lebih banyak spesies baru untuk hidup.

Menurutnya, jika daerah lain di Antartika mulai menghangat maka akan lebih banyak spesies yang bisa berkembang di sana. Termasuk spesies yang melintas ; ke benua melalui laut atau yang dibawa manusia.

"Karena iklim menghangat, es akan mencair di wilayah Antartika sehingga semakin banyak kawasan tanpa es," kata Dr Fraser.
Lubang di dalam kerak bumi atau fumarol (Foto: Pete Convey)
Dr Fraser mengatakan periode pemanasan yang cepat akan mengancam spesies Antartika, lebih dari ribuan tahun dari zaman es.

"Ingat, bahwa sekarang suhu lebih hangat daripada yang telah kita rasakan selama jutaan tahun," katanya.

Namun salah satu peneliti lainnya, Profesor Steven Chown dari Monash University mengatakan temuan ini nantinya dapat membantu upaya konservasi di Antartika.

"Mengetahui di mana titik-titik keanekaragaman akan membantu kita untuk melindungi mereka, akibat perubahan lingkungan yang disebabkan manusia," katanya
Kabut vulkanik di Pulau Sandwhich Selatan, Antartika (Foto: Pete Convey)

;

(nwk/nwk)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.

Hide Ads