Konflik Suriah menjadi magnet dan lahan pelatihan baru bagi militan di seluruh dunia, termasuk Australia, demikian diungkapkan dalam investigasi oleh program 7.30 ABC.
Kini polisi anti-terorisme Australia mengatakan sedang menyelidiki program ceramah di toko buku Al Risalah, di mana empat ulama radikal mendorong pemuda Muslim Australia untuk ikut terlibat dalam krisis Suriah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Badan intelijen ASIO memperkirakan sekitar 100 warga Australia saat ini ikut bertempur di Suriah, dan empat di antaranya sejauh ini telah tewas dalam konflik itu.
Sejak dibuka lebih dari setahun lalu, toko buku Al Risalah mempunyai reputasi sebagai pusat ekstremisme Islam.
Empat ulama khotbah Al Risalah
7.30 telah menyelidiki kegiatan Al Risalah dan orang-orang di belakangnya, serta mengidentifikasi empat ulama utama, termasuk Bilal Khazal.Ia memberi ceramah di Al Risalah pada tahun 2012 dan kini dihukum sembilan tahun penjara karena membuat buku panduan terorisme.
Kepala satuan anti-terorisme negara bagian New South Wales mengatakan kepada 7.30 bahwa pihaknya mengetahui kegiatan di toko buku Al Risalah.
"Saya tahu beberapa kegiatan di sana dan individu-individu yang terlibat," kata Deputi Komisioner Nick Kaldas.
Ia mengatakan, mengirim orang ke zona perang adalah tindakah egois.
"Mereka mendorong orang untuk pergi berperang tapi dirinya sendiri tidak mau pergi," katanya.
Saat ini masih belum jelas apakah warga Australia yang tewas di Suriah sedang memberi bantuan kemanusiaan atau ikut mengangkat senjata di garis depan melawan rejim Assad.
Menurut pihak keluarga, mereka tidak ikut berperang tapi berada di sana untuk membantu upaya kemanusiaan.
Jaksa Agung Mark Dreyfus mengatakan, warga negara Australia yang ikut berperang di Suriah dapat melanggar paling tidak tiga Undang-Undang, termasuk Foreign Incursions Act yang melarang orang Australia berpartisipasi dalam perang saudara seperti itu.
(nwk/nwk)