Alijullah, 'Lurah Paris' yang Bermodal Mimpi dan Boarding Pass Bekas

Alijullah, 'Lurah Paris' yang Bermodal Mimpi dan Boarding Pass Bekas

Niken Widya Yunita - detikNews
Kamis, 28 Apr 2016 17:52 WIB
Alijullah berfoto di depan Louvre (Foto: Niken Widya Yunita/detikcom)
Jakarta - Perkenalkan, namanya Alijullah Hasan Jusuf (65). Dia menyebut dirinya sebagai 'Lurah Paris'.

"Orang-orang menyebut saya 'Lurah Paris'. Saya sudah 45 tahun tinggal di Paris," ujar Ali saat memperkenalkan dirinya kepada detikcom di sela-sela pemotretan Baju Dauky produk Elhijab, di depan Museum Lovre, Paris, Jumat (22/4/2016).

Ali merupakan warga Blang Paseh, Sigli, Aceh. Dia merupakan pensiunan KBRI Paris. Setelah pensiun dia membantu WNI yang ingin berkeliling Paris. Terakhir yang dia temani yakni bakal Cagub DKI Sandiaga Uno. Sandiaga datang pada 14-21 April 2016.

"Pak Sandiaga baru saja menyelesaikan studi S3-nya di Sorbonne, Prancis," kata Ali.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ali berfoto bersamaa Sandiaga di Paris (Dok. Ali)


Selain Sandiaga, Ali juga pernah bertemu Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Namun pertemuan bukan di Paris melainkan di Balai Kota, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, setahun lalu. Staf Balai Kota sempat menolak permintaannya untuk bertemu Ahok. Namun dia berhasil menemui setelah mencegat Ahok.

Pertemuannya dengan Ahok ingin bertukar pikiran. Bertahun-tahun tinggal dan tahu seluk-beluk Paris, Ali kemungkinan bisa memberikan masukan agar Jakarta lebih baik kepada Ahok.

"Pak Ahok! Pak Ahok!" panggil Ali saat mencegat Ahok.

"Siapa kamu?" tanya Ahok.

"Saya Lurah Paris," jawab Ali.

"Ya ya sini silakan masuk," respons Ahok.

Akhirnya Ali berhasil menemui Ahok. Betapa senangnya hatinya saat itu. Ali sempat mengusulkan sungai di Jakarta dibuat seperti Sungai Seine di Paris. Namun Ahok menyatakan gagasan tersebut sangat sulit diterapkan di Indonesia.

"Orang Indonesia ketemu sungai malah buang sampah. Sulit membandingkan Paris dengan Indonesia," ucap Ali menirukan Ahok.

Setelah bertukar pikiran, Ali tidak lupa berfoto bersama Ahok sambil menunjukkan buku yang sudah dikeluarkannya. Cheese!

Ali saat berfoto dengan Ahok di Balai Kota (Dok. Ali)


Ali juga telah menelurkan sebuah buku bertajuk 'Penumpang Gelap, Menembus Eropa Tanpa Uang' di Jakarta. Buku setebal 300 halaman ini ditulisnya sendiri sejak 1974. Mula-mula tulisan itu ditulis tangan dan kemudian dipindahkan ke mesin tik.

Buku tulisan Ali (Dok. Ali)


Kisahnya untuk menuju Eropa sangat menarik disimak. Semua ini berawal dari mimpi.

Ali berhasrat merantau sejak kecil. Dia berangkat dari kampungnya di Blang Paseh, Sigli, Aceh dengan menumpang kereta menuju Brandan, lalu nyambung ke Medan. Kemudian dia menyeberang ke Pulau Jawa dengan kapal laut.

Di Jakarta, Ali menamatkan sekolah menengah di Budi Utomo. Selama di Jakarta dia bertahan hidup dengan menjadi penjaja koran dan tidur di peti rokok. Dia juga mengikuti demonstrasi pelajar saat terjadinya gelombang demontrasi di Jakarta.
Ali berfoto dengan tamu-tamunya di Paris

Setiap malam hari, dia terpesona dengan pesawat. Deru suara pesawat didengarnya tiap malam dari Bandar Udara Kemayoran didengarnya setiap malam. Mimpinya tinggi untuk menuju Eropa dengan pesawat.

Zaman dulu, harga tiket pesawat terbang sangat tinggi dan pengawasan di Jakarta tidak terlalu ketat. Apalagi untuk pergi ke Eropa. Ali tidak kehilangan akal, dia nekat menggunakan boarding pass bekas untuk pergi ke Eropa. Dia berhasil mendarat di Belanda pada tahun 1967.

Namun begitu sampai di Belanda, oleh petugas Ali dinyatakan akan dideportasi karena menjadi 'penumpang gelap' alias tidak memiliki dokumen apa pun. Kemudian Ali dipulangkan ke Jakarta dan ditahan. 1 Tahun kemudian kenekatannya muncul lagi. Dia terbang lagi ke Eropa, lagi-lagi dengan boarding pass bekas.

Ali berhasil menembus Paris. Di Kota Mode ini dia melanjutkan pendidikannya sambil bekerja di KBRI Paris. Puluhan tahun dia menetap di kota hingga beranak pinak. Ali pensiun dari KBRI Paris pada Maret 2013.

"Seluruh Presiden Indonesia saat di Paris saya layani kecuali Presiden Soekarno. Presiden Jokowi juga sudah saya layani November 2015 tapi kapasitasnya saya sebagai relawan," kata pria yang menikah dengan perempuan Nias dan memiliki 4 anak ini.
Ali berfoto dengan Presiden Jokowi di Paris (Dok. Ali)


Meski telah pensiun dari KBRI Paris, Ali yang tampak energik di usia kepala 6 ini, tetap sibuk. Dia siap melayani tamu-tamu dari Indonesia yang datang ke Paris. "Kalau ada yang mau minta antar-antar selama di Paris, saya siap," ujar Ali sambil tersenyum.

(nwy/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads