Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI F Henry Bambang Soelistyo (57) kerap tampil di berbagai media sejak AirAsia QZ8501 hilang kontak. Kendati berasal dari dunia militer, bergelut dengan proses pencarian dan evakuasi, Soelistyo pun tak kuasa menahan air mata saat bertemu keluarga penumpang AirAsia.
Soelistyo mengaku berhadapan dengan kamera dan menyampaikan temuan Tim SAR gabungan bahwa serpihan telah ditemukan hari ini adalah hal yang berat. "Saya sama staf mengevaluasi, menghitung dan memperkirakan pelaksanaan operasi berikutnya, menyampaikan kepada kalian, pertanggungjawaban kepada keluarga (korban) dan masyarakat," kata Soelistyo di kantor Basarnas, Jl Angkasa, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (30/12/2014).
Namun ketika berbicara di depan kamera itu, bagi Soelistyo tak seberat berbicara dengan keluarga korban. Ia mengaku sempat melakukan teleconference dengan keluarga korban sebelum jasad korban dan serpihan QZ8501 ditemukan hari ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Alasannya menangis karena hatinya seperti merasakan rasa duka mendalam keluarga korban. Hal itu terus memotivasi dirinya untuk berharap yang terbaik dari peristiwa ini.
"Kita punya hati kan? Begitu saya bertemu keluarga (korban), mereka berharap besar. Sementara waktu itu saya belum berhasil menemukan. Tetapi hari ini ada satu keyakinan, Tuhan kasih jalan kemudian saya sampaikan positif itu pesawat yang kita cari," ujar Soelistyo.
"Apakah nanti ada yang selamat atau tidak, berdoa biar Tuhan yang menentukan. Saya sebagai prajurit tentu biasa melakukan maksimal. Kalau saya berhasil tentu berkat semua jadi optimal," tambah pria mantan pilot pesawat tempur TNI AU ini.
AirAsia QZ8501 hilang kontak jatuh pada Minggu (28/12) pagi dan sejak itu Soelistyo mengaku belum tidur nyenyak. Ia juga mengaku belum pulang menemui 2 anaknya dan istrinya yang terus menunggu kemunculan wajahnya di layar kaca.
"Tanya sama ibu (istri), saya belum pulang. Saya setiap malam tidur di kantor, pun tidurnya mulai rata-rata pukul 02.30 WIB, pukul 04.30 WIB sudah bangun lagi," tutur suami dari Ratih Setyaningsih dan ayah dua putra/putri dari Arniha Citra L dan RH Yudha ini.
Walau Tim SAR gabungan belum menemukan penumpang dalam kondisi hidup, Soelistyo tetap berharap ada penumpang QZ8501 yang hidup. Tapi sekali lagi, ia hanya bisa berserah kepada Sang Pencipta.
"Sebagai manusia, saya tentu berharap (ada yang masih hidup), tapi kalau Tuhan mengatakan lain dan kenyataannya itu, harus saya sampaikan ke keluarga (korban)," tutup pria yang lahir dan besar di Yogyakarta ini.
Menurut situs TNI, Soelistyo mengenyam masa SMA di SMA Negeri Argomulyo Yogyakarta dan S-1 Universitas Merdeka Madiun. Kemudian karirnya berlanjut di Sekkau, Seskoau, Sesko TNI, Lemhannas DSC/DSSC, Sekbang Angkatan ke-28, Air Refueling Course A-4 Sky Hawk, Combat Survival Course, Sekolah Instruktur Penerbang serta Defence Strategic and Studies Course.
Soelistyo mengawali karier di TNI AU melalui Sekolah Penerbang Angkatan 28, Sekolah Instruktur Penerbang Angkatan 35 dan berpengalaman sebagai penerbang tempur Hawk MK-53. Soelistyo juga pernah melakukan aerobatik solo dengan pesawat tersebut pada Jakarta Air Show (JAS’96) di Bandara Sukarno-Hatta dan leader pada tim aerobatic Jupiter tahun 1997. Selain itu dia pernah menjadi anggota Kontingen Garuda XIV/Bosnia-Herzegovina sebagai pasukan United Nation Military Observer (1993-1994).
Mantan Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional (Pangkosekhanudnas) III Medan ini, sejak awal kariernya telah mendapat kepercayaan beberapa jabatan penting diantaranya Perwira Pnb Wing 300 Kohanudnas, Perwira Pnb. Skadron Udara 12 Lanud Pekanbaru, Kadisops Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Danskadik 103 Lanud Adi Sutjipto, Danwing 3 Lanud Iswahjudi, Dan Lanud Sultan Hasanuddin, Dosen Utama Sesko TNI dan pernah menjadi Kadispen AU menggantikan Marsma TNI Chaerudin Ray pada 2 Februari 2009.
(vid/nwk)