Meet and greet Bowo ramai dibahas sejak video acaranya di Kota Tua beredar luas. Ada juga unggahan Instagram Story soal meet and greet yang katanya berbayar Rp 80 ribu hingga keluhan tentang sosok Bowo yang tidak sama dengan sosok di aplikasi Tik Tok.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom lebih dahulu menghubungi kontak untuk acara nobar lewat DM Instagram dan menanyakan soal tiket, tapi tidak dibalas. Pada pukul 12.00 WIB, puluhan remaja tampak berkumpul di XXI Graha Cijantung. Mereka mengaku menunggu Bowo setelah mendapat kabar lewat medsos.
"Pengin lihat aslinya, pengin tahu. Soalnya banyak yang hina dia," kata salah satu remaja bernama Laura (13).
![]() |
Laura datang bersama enam temannya naik angkot. Meski belum pernah berjumpa langsung, dia ngefans dengan Bowo.
"Keren, bikin Tik Tok. Terus dia juga manis, cakep-cakep gimana gitu," ucapnya.
Senada dengan Laura, Vegis ngefans dengan Bowo karena cakep dan tahan banting meski dihujat. Dia mengaku sudah mengidolakan Bowo jauh sebelum dia terkenal.
"Dia itu cakep, baik, terus kalau di-bully bisa ditahan. Dia bikin Tik Tok selalu keren, nggak pernah jelek. Mungkin kalau lagi jelek terus tiba-tiba cakep gitu," ujar Vegis.
Meski fans sudah ramai datang, sosok Bowo tak kunjung terlihat. Hingga pukul 15.00 WIB, para remaja ini masih setia menunggu kehadiran Bowo. Sambil menunggu, mereka sibuk dengan ponsel masing-masing.
Pada pukul 16.30, para remaja akhirnya membubarkan diri setelah sosok Bowo tak juga muncul. Mereka menganggap bahwa acara meet and greet hari ini tidak jadi dilaksanakan. Tidak ada kejelasan pula dari pihak Bowo selaku yang membuat acara meet and greet tersebut.
Ada Apa di Balik Fenomena Tik Tok dan Bowo 'Alpenliebe'?
Sosiolog UGM, Derajad S Widhyharto, merunut fenomena popularitas lewat Tik Tok ini dari negara asalnya, yaitu China, yang sampai juga ke Indonesia. Di Indonesia, Tik Tok menjadi bahan tontonan bagi remaja. Ini membuat para pengguna Tik Tok berpikir instan untuk meraih popularitas dalam waktu singkat.
"Tik Tok menjanjikan kepopuleran dalam waktu singkat, tanpa perantara. Tidak perlu pendidikan khusus, hanya perlu gadget," ucap Derajad saat berbincang dengan detikcom, Senin (2/7/2018).
Derajad melihat ada pergeseran nilai di kalangan remaja sekarang, yaitu keinginan serbainstan, termasuk cara untuk populer. Melihat popularitas sejumlah pengguna Tik Tok hingga diidolakan bagaikan artis, Derajad melihat masih sah-sah saja selama mengutamakan kreativitas..
"Sah-sah saja selama kreatif dan inovatif. Tanpa embel-embel untuk mempengaruhi pada hal yang buruk atau perilaku negatif," ujarnya.
Fenomena para penggemar dari 'artis' Tik Tok, termasuk Bowo 'Alpenliebe', juga jadi sorotan. Derajad melihat ini juga akibat pergeseran nilai, termasuk juga definisi popularitas.
"Karena pemuda saat ini adalah pemuda yang setipe dengan artis Tik Tok ini. Karena berkembang bersama, jadi mereka sangat cepat menangkap itu. Dulu orang mengidolakan artis yang aktingnya bagus misalnya. Dengan teknologi ini, tidak perlu orang punya skill tertentu untuk terkenal," papar Derajad.
Halaman 2 dari 2