Jarak umur ke duanya terlampau jauh, Sumitra berusia 42 tahun saat menikahi Rasminah. Usia tak jadi masalah bagi Rasminah, asal kehidupannya dan orang tuanya tercukupi. Apa lacur, manis tak didapat Rasminah. Bersama Sumitra, Rasminah merasa menjadi pembantu.
Rasminah menyesal. Dirinya tak bisa bermain dengan teman sebayanya. Rasminah disibukan dengan tugas-tugas rumah tangga. Karena, waktu itu Sumitra terbaring lemas terkena penyakit diabetes.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan kaki kanannya sempat digigit ular saat dirinya mengurusi sawah milik Sumitra. Kejadiannya sekitar lima tahun pernikahanya dengan Sumitra. Rasminah sempat dibawa ke rumah sakit, namun terlambat. Kakinya telah membusuk.
"Dibawa ke rumah sakit juga tak ada perubahan. Lama-kelamaan, telapak kaki saya lepas sendiri, seperti diamputasi gitu," ucapnya.
Kesengsaraan Rasminah berlanjut. Sang suami, Sumitra meninggal dunia. Duka mendalam bagi Rasminah dan buah hati hasil pernikahannya dengan Sumitra, yakni Wita yang kini berusia 10 tahun.
Pasca acara 40 harian wafatnya Sumitra, Rasminah dan Wita diusir keluarga Sumitra.
"Ia disuruh pulang, tanpa diobati dan tanpa tanggung jawab untuk nafkahi Wita. Tetap saja, saya yang nafkahi Wita sampai besar," tutur Rasminah.
Padahal, sambung Rasminah, Sumitra merupakan adik dari kepala desa yang saat ini menjabat. Sayang, tanggung jawab keluarga Sumitra terhadap Wita sama sekali tak ada. Rasminah pun sempat sakit hati, bahkan masih ia ingat dengan jelas sampai sekarang. Saat itu, Wita yang seharusnya mendapatkan santunan dari pihak desa ternyata dibatalkan.
Bagi Rasminah, santunan tersebut sangat berharga. Ia berharap Wita mendapatkannya. Karena ada campur tangan keluarga Sumitra, Wita pun gagal mendapat santunan.
"Mungkin mereka gengsi, karena Wita kan masih ponakan dari kuwu (kepala desa) sekarang. Ngoming mah gampang si Wita sih, nanti dikasih bukan dari santunan. Nyatanya sampai sekarang tidak, paling pas lebaran doang," ucapnya.
Ia menyadari kondisi fisiknya tak seperti dulu. Ular berbisa yang menggigitnya masih lekat diingatannya. Tepat di usia 28 tahun, Rasminah dilamar sang duda, Runata. Runata dan Rasminah masih seumuran.
Runata seakan menjadi obat penenang kegundahan hati Rasminah. Kendati kondisisi fisiknya sudah berubah, Rasminah bersyukur Runata bisa menerimanya dengan ikhlas.
"Sebelum nikah saya ngomong dulu, mau sama saya yang kondisinya beda dengan yang lain? Gitu. Pengennya sama ini yang terakhir, sampai kakek dan nenek," kata Rasminah tersenyum.
Bersama Runata, Rasminah mengaku menemukan manisnya rumah tangga. Kendati Runata hanya buruh tani, penghasilannya kalah jauh dengan suami sebelumnya. Rizki dan Anita buah pernikahannya dengan Runata.
"Alhamdulilah yang penting mencukupi," ujar Rasminah.
Sebagaimana diketahui, Rasminah dipaksa menikah oleh orang tuanya selepas lulus SD. Di usia 13 tahun, ia harus menikah untuk pertama kalinya. Dua tahun, ia bercerai dan kembali menikah. Pernikahan ketiga pun tak berapa lama. Ia kini menikah dengan pria yang menjadi usia keempat.
Atas apa yang ia alamai, Rasminah dkk menggugat UU Perkawinan ke Mahkamah Konstitusi (MK) dan berharap 9 hakim konstitusi menaikkan usia minimal menikah perempuan dari 16 tahun menjari 19 tahun. (asp/asp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini