Hadiri Rakor Muhammadiyah, Ketua MPR dan Mendikbud Tandatangani Prasasti UMB

Hadiri Rakor Muhammadiyah, Ketua MPR dan Mendikbud Tandatangani Prasasti UMB

Edward Febriyatri Kusuma - detikNews
Rabu, 07 Sep 2016 00:08 WIB
Hadiri Rakor Muhammadiyah, Ketua MPR dan Mendikbud Tandatangani Prasasti UMB
Foto: Edward Febriyatri Kusuma/detikcom
Bengkulu - Mendikbud Muhadjir Effendy bersama Ketua MPR Zulkifli Hasan menghadiri penandatanganan prasasti Universitas Muhammadiyah Bengkulu (UMB) di Gedung Balai Kota Provinsi Bengkulu. Keduanya juga menghadiri Rakor Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Muhammadiyah Bengkulu.

Acara tersebut dihadiri Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua PP Muhammadiyah Dahlan Rais, Gubernur Bengkulu Ridwan Mukti bersama ratusan warga Muhammadiyah dari seluruh Indonesia.

"Bengkulu harus dibantu. Bengkulu salah satu provinsi yang tertinggal dibanding provinsi lainnya. Tolong dibantu Bengkulu secara all out agar bisa mengejar teman-teman yang lain," ujar Zulkifli dalam sambutannya, Selasa (6/9/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Zulkifli mengatakan ke depan bangsa Indonesia akan menghadapi persaingan terbuka. Karena itu masyarakat termasuk warga Muhammadiyah harus mempersiapkan diri.

"Ke depan kita akan menghadapi persaingan terbuka, siap atau tidak siap itu sudah kita alami. Oleh karena itu pesan saya dalam waktu singkat seluruh umat harus disiapkan sebaik-baiknya, karena kalau tidak bisa jadi kuli di negeri orang atau kuli di negeri sendiri. Hal ini sudah kita persiapkan sebaik-baiknya oleh Muhammadiyah," paparnya.

Sementara itu, Mendikbud Muhadjir mengatakan permasalahan bangsa ini tidak hanya kesejahteraan tetapi juga pendidikan. Oleh karena itu kehadirannya di Bengkulu juga untuk untuk mendistribusikan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

"Apakah KIP di Provinsi Bengkulu telah tepat sasaran kepada mereka yang lebih berhak," katanya Muhadjir.

Menurutnya program KIP sejalan dengan misi PP Muhammadiyah dalam penyantunan orang tidak mampu. Termasuk anak-anak yatim dan piatu yang terlantar karena tidak memiliki orang tua.

"Mereka tidak berdaya masuk sekolah karena yatim atau piatu. Ancaman yang terjadi sekarang hilang generasi, bukan berarti ada tsunami kecil, tetapi apabila ada seorang anak dari keluarga tidak beruntung mereka besar dan menjadi keluarga yang tidak beruntung lagi, atau keluarga miskin. Itu penting kenapa Muhammadiyah concern, karena kita tidak ingin generasi ke depan menjadi terpuruk," kata Muhadjir. (edo/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads