"Kami risau akan meningkatnya jumlah laporan bahwa para tersangka pengedar narkoba dan lainnya telah ditembak, hanya dikarenakan mereka melawan saat ditangkap," demikian disampaikan Uskup Agung Socrates Villegas, kepala Konferensi Uskup Katolik Filipina, yang berpengaruh di Filipina yang mayoritas penduduknya penganut Katolik.
"Sama halnya merisaukan karena aksi main hakim sendiri juga meningkat," demikian disampaikan seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (21/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Secara moral tak pernah diperkenankan untuk menerima hadiah uang untuk membunuh orang lain," demikian disampaikan.
Kepolisian Filipina telah membunuh 11 tersangka pengedar narkoba dalam operasi yang berlangsung pada akhir pekan lalu. Ini terjadi seiring meningkatnya pembunuhan terkait narkoba sejak Duterte terpilih menjadi presiden baru Filipina.
Media-media Filipina memberitakan, para pengedar narkoba itu tewas ditembak ketika mereka melawan saat operasi yang digelar di Manila, Laguna, Bulacan, Rizal, Bohol dan Cebu pada akhir pekan. Kepolisian menyatakan, beberapa orang dari mereka tewas dalam operasi penyamaran.
"Para agen-agen kami membunuh dua pengedar narkoba dalam operasi penyamaran," ujar Adriano Enong, kepala kepolisian di provinsi Rizal, sebelah timur ibukota Manila, seperti dilansir kantor berita Reuters, Senin (20/6/2016).
"Ada baku tembak antara para polisi yang menyamar dengan para pengedar narkoba ketika orang-orang ini menyadari bahwa mereka telah menjual narkoba senilai 500 peso kepada para polisi," imbuhnya dalam keterangan kepada para wartawan.
Duterte telah berjanji akan memberantas kejahatan dalam waktu enam bulan. Figur kontroversial itu bahkan memberikan izin bagi kepolisian untuk menembak mati para tersangka pelaku kejahatan. Duterte bahkan mengancam, para polisi yang ketahuan terlibat dalam perdagangan narkoba akan mengalami nasib yang sama.
Juru bicara Kepolisian Nasional Wilben Mayor mengatakan, lebih dari 40 tersangka narkoba telah tewas sejak terpilihnya Duterte dalam pemilihan presiden pada 9 Mei lalu. Angka ini melonjak tajam jika dibandingkan dengan 39 kematian tersangka narkoba yang tercatat selama empat bulan sebelum terpilihnya Duterte.
Sebelumnya Duterte menjadi Wali Kota di Davao City selama lebih dari 20 tahun. Kelompok-kelompok HAM mendokumentasi total 1.400 pembunuhan yang tak terungkap di wilayah itu sejak tahun 1998. Kebanyakan dari mereka yang tewas adalah para pelaku kejahatan ringan dan pengedar narkoba kelas jalanan. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini