Di jam pergi kantor, kendaraan dari Bogor, Depok, Bekasi, dan Tangerang menyerbu Jakarta. Macet terjadi tak hanya di ruas tol saja. Di ruas arteri juga terjadi kemacetan.
Di Tol Dalam Kota misalnya kendaraan yang masuk dari arah Bogor dan Bekasi bertemu di Cawang. Kemacetan menjadi-jadi di titik pertemuan ini, yang imbasnya membuat laju kendaraan melambat, kemudian ada beberapa lagi titik persinggungan antara keluar tol dengan jalur arteri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di akhir pekan pun demikian. Walau kendaraan dari luar kota berkurang, Jakarta tetap terasa macet. Di titik-titik area perbelanjaan, hingga di lokasi yang ada pembangunan tiang pancang.
Penyebab utama kemacetan memang volume jumlah kendaraan yang tinggi. Budaya angkutan umum belum menjadi sebuah kesadaran, masyarakat masih memilih kendaraan pribadi untuk beraktivitas. Mungkin salah satunya karena angkutan umum yang belum senyaman mobil pribadi. Toh angkutan umum kena macet juga.
Kemudian, adanya pengendara yang tak tertib mulai dari parkir sembarangan, kendaraan yang menerobos, hingga lawan arus menjadi penyebab. Semakin banyak pengendara yang tak tahan macet dan mengambil jalan pintas.
Apalagi Jakarta kini tak ada aturan yang membatasi, dahulu ada 3 in 1, tapi kini kendaraan bebas melaju. Tak ada aturan yang membatasi. Selain soal solusi infrastruktur, perlu ada kebijakan yang membatasi agar macet tak semakin menjadi-jadi. Bila di negara lain, mungkin tarif parkir yang mahal dan aneka aturan lain jadi penghambat.
Bagaimana menurut Anda soal macet? Ruas mana saja yang dirasa paling parah macet dan apa penyebabnya? Silakan berbagi ke redaksi@detik.com. (dra/dra)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini