Serangan kimia yang dilarang secara internasional itu dilancarkan di kota Taza Khurmatu, yang penduduknya mayoritas Syiah Turkmen.
Kepala Front Turkmen Irak, Arshad Salihi menyatakan, para militan ISIS menembakkan serangkaian mortir yang mengandung bahan-bahan kimia di kota tersebut pada 9 Maret lalu. Kota Taza Khurmatu berlokasi sekitar 25 kilometer sebelah selatan kota kaya minyak Kirkuk.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Daesh (nama lain ISIS) memiliki material untuk memproduksi jenis senjata terlarang ini dan juga mempunya ahli-ahli untuk memproduksi senjata tersebut," tutur Salihi seperti dilansir media Press TV, Sabtu (7/5/2016).
Sebelumnya pada Selasa, 3 Mei lalu, Direktur Jenderal Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) Ahmet Uzumc mengatakan, tim pencari fakta dari OPCW yang berbasis di Den Haag, Belanda itu telah menemukan bukti yang menunjukkan penggunaan bahan mustard sulfur dalam serangan-serangan ISIS di wilayah Irak dan Suriah.
Pada 7 April lalu, 23 orang tewas dalam serangan yang diyakini sebagai serangan kimia oleh kelompok ISIS terhadap anggota kelompok Kurdi, Kurdish People's Protection Units (YPG) di kota Aleppo, Suriah. Lebih dari 100 orang lainnya luka-luka dalam serangan itu.
Menurut laporan yang dirilis organisasi Masyarakat Medis Suriah-Amerika, kelompok ISIS telah melakukan lebih dari 160 serangan yang melibatkan "bahan-bahan beracun atau yang bisa membuat sesak napas, seperti sarin, klorin, dan gas mustard" sejak awal konflik Suriah pada tahun 2011. Setidaknya 1.491 orang dilaporkan telah tewas dalam serangan-serangan kimia itu.
(ita/ita)











































