"Waktu kejadian, aku bersama istri lagi di ladang. Anakku dan abang kembarannya saja yang ada di rumah," kata ayah kandung korban kepada detikcom, Rabu (4/5/2016).
Sang menceritakan, pada Sabtu (2/4) lalu, dia lagi bersama istrinya di ladang karet. Jaraknya sekitar 2 km dari rumahnya. Selama ini dua anak kembarnya sering ditinggal di rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Minggu (3/4), dia pulang sendiri ke rumahnya. Niatnya, uang yang dia dapat dari nyadap karet dan jual rumput mau dititipkan untuk uang jajan anak gadisnya dan abang kandungnya.
"Sampai rumah, anak tertua bilang, kalau adiknya sejak kemarin tak pulang ke rumah," kata sang ayah.
Mendapat kabar itu, lantas sang ayah mencoba menghubungi salah seorang guru. Dalam perbincangan itu, guru mengatakan bahwa di hari Sabtu itu anaknya masuk sekolah. Karena gurunya juga tak tahu, lantas dia pun bergegas ke rumah kepala desa.
"Saya lapor ke Kades kalau anakku sudah satu hari tak pulang. Dari sana warga sama-sama mencari anakku," kata dia.
Pada Senin (4/4), salah seorang warga menemukan anak gadis berusia 14 tahun di semak semak dalam kondisi tak bernyawa. Bau busuk juga sudah menyengat. Dari sana warga lapor ke polisi.
"Waktu itu aku tak boleh melihat kondisi anakku. Warga melarang, karena saat itu harus nunggu polisi datang," jelasnya.
Betapa pedihnya hati sang ayah, putri semata wayangnya tewas mengenaskan. Dari sana polisi sigap melakukan penyelidikan. Hasilnya, 14 orang remaja dan anak di bawah umur telah memperkosa sekaligus membunuh korban.
(cha/dra)