Pengalaman Steven Indra yang Membuat Menyesal Tak Habis-habis

Ramadan 2015

Pengalaman Steven Indra yang Membuat Menyesal Tak Habis-habis

Nograhany Widhi K - detikNews
Jumat, 19 Jun 2015 15:11 WIB
Steven Indra (tengah) bersama para pengurus One Day One Juz (ODOJ) (Foto: dok pribadi)
Jakarta - Steven Indra Wibowo (33) mendirikan Mualaf Center Indonesia sebagai sarana di mana para mualaf bisa saling belajar. Sebagai Ketua Mualaf Center Indonesia, Steven memiliki pengalaman yang membuatnya menyesal hingga kini.

Saat itu tahun 2006, Mualaf Center Indonesia sudah berdiri 2 tahun. Ada seseorang yang hendak masuk Islam karena hendak menikah. Saat itu keluarga calon pengantin perempuan menemui dirinya bahwa calon suaminya hendak masuk Islam.

"Cari masjidnya lama, akhirnya diputuskan untuk ke Istiqlal. Karena di sana sudah ada yang menuntun membaca syahadat, saya diputuskan nggak usah ikut," kisah Steven yang ditemui di Blok M Plaza, Jakarta Selatan, Senin (15/6/2015).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam perjalanan ke Masjid Istiqlal, keluarga perempuan menuju masjid dengan mobil dan calon suami yang hendak membaca syahadat menaiki sepeda motor.

"Qadar Allah, yang mau mengucapkan syahadat di Senen mengalami kecelakaan dan akhirnya meninggal," tuturnya.

Akhirnya, calon mualaf tadi tetap dimakamkan secara non-muslim meski sudah memiliki niat menjadi mualaf. Peristiwa itu membuat Steven menyesal berlarut-larut. Kini, Steven tak mau lagi menunda-nunda orang yang berniat menjadi mualaf.

"Yang penting bukan tempat najis, saya di pinggir jalan juga jadi. Sejak saat itu saya nggak pakai tunda-tundaan. Di Car Free Day, ada bule Prancis mau masuk Islam, cari bangku, selesai," tuturnya.

Karena itu, tak heran bila di situs Mualaf Center Indonesia bisa ditemui video pengucapan syahadat yang tak selalu di masjid, melainkan di tempat seperti restoran atau coffee shop. Persyaratan formal untuk sertifikat mualaf, menurutnya, bisa dikesampingkan.
Β 
"Ada sertifikat, tapi kan itu administrasi manusia. Administrasi dengan Allah jauh lebih penting. Kalau dia berniat masuk Islam, sekarang juga saya datangi, nggak ada saksi pun, ada video kok. Saya nggak pernah main-main, saya nggak mau ambil risiko.Β  Kita nggak pernah tahu umur orang sampai mana. Kalau dia meninggal pada masa itu (masih masa berniat jadi mualaf), saya nggak berani ngomong di hadapan Allah. Itu aneh tahu rasanya, saya nyesel banget," sesalnya.
Halaman 2 dari 1
(nwk/nrl)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads