Menhan Ryamizard Ryacudu pun menanggapi hal tersebut dengan candaan. Jikalau senjata tim TNI AD benar-benar dibongkar, kata Ryamizard, paling-paling tim lawan hanya akan menemukan jimat di dalamnya.
"Kalau diminta dipreteli senjatanya, paling hanya baca-bacaan (jimat) aja itu isinya haha," ungkap Ryamizard di kantor Kemhan, Jl Medan Merdeka Barat, Jakpus, Rabu (3/6/2015).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"PM Australia sudah nyuruh-nyuruh saya ke sana terus tapi saya bilang selesaikan dulu masalah yang di sana, nanti saya ke sana didemo lagi," kata mantan KSAD itu.
Permasalahan yang dimaksud Ryamizard adalah mengenai penolakan Australia tentang hukuman mati gembong narkoba warga negaranya oleh Indonesia. Ia tidak ingin kedatangannya ke Australia akan menimbulkan masalah ke depannya.
"Hukuman mati saya sebarkan ke luar, kok ada yang bilang saya kontroversi. Kebijakan presiden harus didukung, saya selalu loyal dengan atasan. Walau ada masalah narkoba kita (RI-Australia) tetap baik-baik saja," tutur Ryamizard.
Dalam turnamen AASAM yang digelar pada 20-23 Mei lalu itu, tim TNI AD menang telak dengan memboyong 30 medali emas, 16 perak, dan 10 perunggu. Sementara Australia yang berada di posisi 2 mendapat 4 medali emas, 9 perak, dan 6 perunggu. Di posisi 3, AS hanya mampu membawa pulang 4 medali emas, 1 perak, dan 2 perunggu.
Entah karena tidak terima kalah telak atau karena alasan lain, tim Australia dan AS meminta senjata yang digunakan tim TNI AD dibongkar. Senjata yang diminta dibongkar adalah buatan dalam negeri produksi PT Pindad jenis SS-2 V-4 Heavy Barel dan Pistol G-2 (Elite&Combat).
"Memang ada upaya penjegalan. Mereka minta senjata tim kita dicek saat pertandingan. Minta dibongkar," ungkap Kadispen TNI AD Brigjen Wuryanto, Selasa (2/6).
(ear/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini