"Perhitungan lebar jalan semuanya dari mereka (Dishub). Dishub tetap mengawasi juga. Saat bangunan sudah hampir jadi, harusnya dia hitung apakah sudah sesuai perencanaan atau ada masalah," kata Kepala badan pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Heru Budi Hartono saat berbincang dengan detikcom, Kamis (29/5/2015) malam.
Heru mengatakan sudah melihat gambar perencanaan terminal Rawamangun. Dari desain awal yang ditunjukkan, akses bus dibuat lurus dengan perhitungan gedung Sudin Perhubungan DKI sudah rata dengan tanah. Namun, di gambar desain lainnya, ada wilayah arsiran di kotak berwarna merah berlabel 'area belum bebas Gedung Sudin Perhubungan Jaktim'.
"Dishub harus terbuka (soal kesalahan desain terminal Rawamangun). Mungkin dari konsultan rekomendasi harus rata semuanya. Disetujui dan dikerjakan. Tapi dalam perjalanan ternyata enggak bisa. Kalau begitu kan tidak salah (konsultan) karena rekomendasi mereka tidak dijalankan," lanjutnya.
Heru mengatakan yang terjadi sekarang adalah bangunan yang tidak sesuai dengan konsep awal. Padahal, Dishub DKI berencana melakukan pembangunan terminal lanjutan tahun ini. Namun ia tak merinci jumlah anggaran dan bentuk pembangunan lanjutan terminal tersebut.
"Sekarang (2015) ada kegiatan (pembangunan) lanjutan saat Pak Akbar jadi Kadishub. Jadi kesimpulnnya barang yang ada hari ini, belum sempurna karena masih ada pembangunan lanjutan," pungkasnya.
Kini Heru mengajak Dinas Perhubungan untuk terbuka pada publik dengan kesalahan desain bangunan terminal yang ada saat ini. Ia meminta Dishub terbuka tentang dana rehabilitasi Rp 800 juta yang dulu membuat penghapusan aset kantor Sudin itu dibatalkan.
"Kalau memang mau direhabilitasi, yang mana yang direhabilitasi dengan nilai Rp 800 juta? Kita buka-bukaan saja," ujar Heru.
Sebelumnya pihak konsultan pembangunan terminal Rawamangun, PT Indosakti Pancadipo Paragraha memperlihatkan 3 gambar desain bangunan terminal Rawamangun mulai dari perencanaan awal yang tanpa ada bangunan Sudin sehingga jalur masuk bus berbentuk lurus. Desain kedua, penyesuaian desain bangunan karena ada gedung Sudin yang belum dibongkar sehingga jalur bus ada yang ditutup dan ada yang dibelokkan. Desain ini yang terealisasi sekarang dan bermasalah karena tak bisa dilalui bus. Gambar ketiga yang ditunjukkan yakni gabungan gambar 1 dan 2 dengan arsiran pada gedung Sudin yang belum diruntuhkan.
"Desain awalnya memang lurus, karena terhalang gedung Sudin jadinya dibelokin. Kalau dibelokin itu kalau menurut saya juga nggak bisa dari arsiteknya pun kalau belum clear area itu nggak bisa," terang draftman PT Indosakti Pancadipo Paragraha, Putra yang ikut menggambar desain terminal itu.
(Mulya Nurbilkis/Nala Edwin)











































