"Apa arti merayakan kemerdekaan dengan panjat pinang, balap karung, makan kerupuk, yang justru tak membangkitkan semangat nasionalisme," terang Asep, Jumat (15/5/2015).
Asep menuturkan, panjat pinang dimulai sejak era Belanda, kemudian dilestarikan di masa orde baru, dan syukurnya mulai memudar di era reformasi. Asep melihat tak ada edukasi lewat panjat pinang atau balap kerupuk. Yang namanya team building, kebersamaan, dan lainnya itu hanya semu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Apakah masyarakat tidak tahu, kalau Belanda dan orde baru sengaja melestarikannya?" tambahnya lagi.
Menurut dia, sangat menyedihkan nilai kepahlawanan yang justru harus banyak diketahui dilupakan. Sebaiknya diisi dengan lomba baca teks proklamasi, lomba menyanyi lagu nasional, lomba mirip pahlawan, lomba pakaian adat, dan lainnya.
"Coba saya tanya, apa Anda tahu kalau pahlawan HR Rasuna Said itu perempuan? Nama aslinya Hajjah Rangkayo Rasuna Said, pejuang pendidikan dari Minang. Atau Anda tahu pahlawan di uang Rp 10 ribu, siapa dia? Kita akan durhaka bila tak mengenal pahlawan yang berjuang menuju kemerdekaan," jelasnya.
(ndr/mad)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini