Rio berbagi cerita tentang kehidupan rumah tangganya. Ia dan istrinya dahulu sama-sama mengenyam pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB). Rio keluar kuliah lantaran terbentur biaya, lalu bekerja sebagai guru Bimbel. Sedangkan sang istri tetap menimba ilmu.
Hati Rio kian pilu saat mengenang kisah manisnya bersama istrinya. Terlebih, ia tidak bisa menghadiri hari wisuda istrinya yang jatuh pada Jumat 17 April 2015 ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengungkapkan lagi tidak ada niat membunuh perempuan cantik itu. Rio hanya penasaran setelah 'kencan' pertamanya dengan Deudeuh berjalan tidak memuaskan.
Ia lalu melakukan kopi darat kedua. Lagi-lagi Rio gigit jari. Ia justru dihina Deudeuh gara-gara bau badannya yang menyengat hidung perempuan beranak satu itu saat keduanya berhubungan intim.
Bagai tersulut api mendengar makian Deudeuh, Rio gelap mata dan akhirnya membunuh serta merampas barang Deudeuh. Penyesalan memang selalu datang terlambat. Rio kini hanya bisa meratapi nasibnya menghadapi ancaman hukuman 15 tahun penjara atas segala perbuatannya.
Berikut 3 cerita Rio:
|
1. Pesan Sang Istri
|
"Besok (hari ini-red) istri saya diwisudaβ. Istri saya kuliah di IPB (Institut Pertanian Bogor)," ucap Rio saat diwawancari sejumlah wartawan di ruang penyidik Unit I Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kamis (15/4/2015) petang.
Rio dan istrinya memang sama-sama mengenyam pendidikan di IPB Bogor. Namun Rio mengaku terpaksa tak melanjutkan studinya karena terkendala biaya.
"Saya kuliah di IPB tahun sekitar tahun 2007-2008. Saya keluar tahun 2011 karena tidak ada biaya dan saya juga waktu itu keterima bekerja," ujarnya. β
Namun di tengah proses hukum yang sedang dijalaninya itu, sang istri memahami kondisi tersebut. Bahkan istrinya terus menyemangati suaminya itu untuk menghadapi segala proses hukum tersebut.
"Istri saya berpesan agar tetap tegar dan bertanggung jawab dengan apa yang sudah saya lakukan," katanya.
Kini, Rio hanya bisa menyesal dan pasrah dengan keadaannya itu. Pria beranak satu itu terancam hukuman penjara maksimal 15 tahun penjara atas kejahatannya membunuh dan merampas harta milik korban yang tak lain wanita yang dikencaninya
"Saya menyesal...," lirihnya.
1. Pesan Sang Istri
|
"Besok (hari ini-red) istri saya diwisudaβ. Istri saya kuliah di IPB (Institut Pertanian Bogor)," ucap Rio saat diwawancari sejumlah wartawan di ruang penyidik Unit I Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kamis (15/4/2015) petang.
Rio dan istrinya memang sama-sama mengenyam pendidikan di IPB Bogor. Namun Rio mengaku terpaksa tak melanjutkan studinya karena terkendala biaya.
"Saya kuliah di IPB tahun sekitar tahun 2007-2008. Saya keluar tahun 2011 karena tidak ada biaya dan saya juga waktu itu keterima bekerja," ujarnya. β
Namun di tengah proses hukum yang sedang dijalaninya itu, sang istri memahami kondisi tersebut. Bahkan istrinya terus menyemangati suaminya itu untuk menghadapi segala proses hukum tersebut.
"Istri saya berpesan agar tetap tegar dan bertanggung jawab dengan apa yang sudah saya lakukan," katanya.
Kini, Rio hanya bisa menyesal dan pasrah dengan keadaannya itu. Pria beranak satu itu terancam hukuman penjara maksimal 15 tahun penjara atas kejahatannya membunuh dan merampas harta milik korban yang tak lain wanita yang dikencaninya
"Saya menyesal...," lirihnya.
2. Takut Ditinggal Istri
|
"Saya enggak tahu (apakah siap ditinggal istri)," tuturnya sambil tertunduk lesu saat diwawancari sejumlah wartawan di ruang penyidik Unit I Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kamis (15/4/2015) petang.
Sejak membunuh Tata, Rio memang terus mengingat dan membayangkan keluarga kecilnya. Pikirannya selalu dibayangi ketakutan akan ditinggalkan istri dan anaknya jika tertangkap polisi.
"Setelah kejadian itu, yang saya pikirkan hanya istri saya. Saya takut ditinggal istri saya," urainya.
Ketakutannya itu juga ia tunjukkan pada saat dirinya ditangkap tim Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya di rumah kosannya di Bojong Gede, Bogor, Rabu (15/4) dini hari lalu. Begitu dirinya melangkahkan kaki meninggalkan rumah kecilnya, berat baginya untuk hanya sekadar menatap dan berpamitan dengan sang istri.
"Saya tidak berani menatap istri saya. Saya cuma pesan jaga diri dan anak baik-baik," tutupnya.
2. Takut Ditinggal Istri
|
"Saya enggak tahu (apakah siap ditinggal istri)," tuturnya sambil tertunduk lesu saat diwawancari sejumlah wartawan di ruang penyidik Unit I Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Kamis (15/4/2015) petang.
Sejak membunuh Tata, Rio memang terus mengingat dan membayangkan keluarga kecilnya. Pikirannya selalu dibayangi ketakutan akan ditinggalkan istri dan anaknya jika tertangkap polisi.
"Setelah kejadian itu, yang saya pikirkan hanya istri saya. Saya takut ditinggal istri saya," urainya.
Ketakutannya itu juga ia tunjukkan pada saat dirinya ditangkap tim Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya di rumah kosannya di Bojong Gede, Bogor, Rabu (15/4) dini hari lalu. Begitu dirinya melangkahkan kaki meninggalkan rumah kecilnya, berat baginya untuk hanya sekadar menatap dan berpamitan dengan sang istri.
"Saya tidak berani menatap istri saya. Saya cuma pesan jaga diri dan anak baik-baik," tutupnya.
3. Penasaran Belum Puas Servis Deudeuh
|
"Saya tidak ada niat untuk membunuh. Itu reaksi spontan saja karena saya emosi dihina dan dicaci maki," kata Rio saat ditemui di ruang penyidik Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (16/4/2015) petang.
Pengajar Matematika di sebuah tempat bimbingan belajar di kawasan Kedoya, Jakarta Barat itu juga mengaku awalnya tidak βberniat untuk mengambil barang-barang berharga di kosan korban usai pembunuhan.
Sejak pertama kali mengencani wanita beranak satu itu, Rio memang melihat barang-barang korban tergeletak di atas meja kamar kosnya. Di pertemuan kedua setelah menghabisi nyawa korban, Rio baru mengambil barang-barang tersebut.
"Saya ambil barang-barang itu karena sayang saja kalau ditinggal," akunya.
Adapun Rio beralasan, ia kembali menggunakan jasa seks korban untuk kedua kalinya pada tanggal 10 April 2015, hanya karena penasaran lantaran pada pertemuan pertama dirinya tidak puas.
"Penasaran saja. Pertemuan pertama cuma sebentar, sekitar setengah jam, saya disuruh cepet-cepet 'keluar'. Pertemuan kedua malah seperti itu, saya dihina dan dicaci maki," ungkapnya.
3. Penasaran Belum Puas Servis Deudeuh
|
"Saya tidak ada niat untuk membunuh. Itu reaksi spontan saja karena saya emosi dihina dan dicaci maki," kata Rio saat ditemui di ruang penyidik Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (16/4/2015) petang.
Pengajar Matematika di sebuah tempat bimbingan belajar di kawasan Kedoya, Jakarta Barat itu juga mengaku awalnya tidak βberniat untuk mengambil barang-barang berharga di kosan korban usai pembunuhan.
Sejak pertama kali mengencani wanita beranak satu itu, Rio memang melihat barang-barang korban tergeletak di atas meja kamar kosnya. Di pertemuan kedua setelah menghabisi nyawa korban, Rio baru mengambil barang-barang tersebut.
"Saya ambil barang-barang itu karena sayang saja kalau ditinggal," akunya.
Adapun Rio beralasan, ia kembali menggunakan jasa seks korban untuk kedua kalinya pada tanggal 10 April 2015, hanya karena penasaran lantaran pada pertemuan pertama dirinya tidak puas.
"Penasaran saja. Pertemuan pertama cuma sebentar, sekitar setengah jam, saya disuruh cepet-cepet 'keluar'. Pertemuan kedua malah seperti itu, saya dihina dan dicaci maki," ungkapnya.
Halaman 2 dari 8