Saat wartawan bertandang ke rumahj Akseyna, sang ibu dengan menggunakan pakaian batik dan berjilbab hitam, mempersilakan masuk. Ayah Akseyna yang baru saja pulang dari masjid menyalami wartawan dengan ramah.
Gurat kesedihan masih tampak di wajah Kolonel Sus Mardoto. Mardoto menceritakan kronologi awal bagaimana dia akhirnya meyakini jenazah yang ditemukan di danau UI adalah puteranya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kontak terakhir keluarga dengan laki-laki yang akrab disapa Ace ini terjadi pada Sabtu (21/3). Tidak ada yang aneh saat mereka berkomunikasi lewat telepon.
Bahkan kedua orang tua Ace berencana mengunjungi mahasiswa UI itu pada liburan panjang akhir pekan hari ini.
Mardoto terus mencoba menghubungi Ace tapi nomor ponsel anaknya tak bisa dihubungi. Hingga pada Kamis (26/3), dia membaca berita penemuan mayat tak beridentitas di danau UI.
"Namun kami tidak pernah berpikir berita itu berhubungan dengan anak saya. Sampai Sabtu tak ada kabar, saya lihat foto-foto berita itu lagi. Mulai dari situ ada kecurigaan," tuturnya.
Mardoto kemudian meminta adiknya yang tinggal di Depok untuk mengecek keberadaan Ace di kosnya. Hasilnya nihil.
Pemilik kos mengatakan, Ace sudah tak pulang selama 4 hari. Mardoto akhirnya memutuskan untuk pergi ke Jakarta pada Senin (30/3).
"Saya naik Batik Air, sampai sana jam 11.00 WIB langsung ke RS Polri. Saya cek langsung jenazahnya. Wajahnya sudah bengkak, saya tak yakin itu anak saya," ungkap Mardoto.
Kemudian dia menuju ke Polsek Beji dan menyodorkan foto anaknya ke polisi. Kepada Mardoto, polisi menilai jenazah yang ditemukannya berbeda dengan foto Ace.
Dari Polsek Beji, dia mendatangi kampus UI menemui dosen pembimbing Ace pada pukul 16.00 WIB. Saat itu, ada dua mahasiswa yang ikut menemuinya di Gedung Biologi UI.
Salah satunya menyodorkan surat bertuliskan tangan yang selama ini banyak beredar diduga sebagai surat wasiat Ace, yang isinya meminta agar dirinya tidak dicari. Teman Ace tersebut mengaku mendapatkan surat itu di dalam kamar kos Ace.
"Sampai saat itu, saya belum menyatakan mayat itu adalah Ace," tegas Mardoto.
Mardoto lalu mendatangi satpam di danau UI dan menanyakan pakaian yang digunakan jenazah saat ditemukan. Satpam tersebut mengarahkan Mardoto untuk ke Polsek Beji jika ingin melihatnya lebih jelas.
"Saya kembali ke Polsek pukul 17.15 WIB. Di sana saya diberi kesempatan untuk melihat, dari situ saya yakin itu pakaian anak saya, dari jaket, celana, sapu tangan, dan payung dari ibunya," tukasnya.
Surat wasiat pemberian teman Ace kemudian ditunjukkan Mardoto kepada polisi. "Jadi saya membantah kalau surat itu ditemukan di kamar Ace. Surat itu berasal dari orang lain," imbuh Mardoto.
Setelah Mardoto menyatakan yakin jenazah itu adalah puteranya, polisi menanyakan alamat kos Ace.
"Dari situ polisi baru bergerak. Sebelumnya kan Mr X," jelasnya.
Pria yang berprofesi sebagai dosen AAU Yogyakarta ini juga meminta polisi tak menyimpulkan kematian Ace hanya berdasarkan surat tersebut. Dia merasa ada yang janggal dengan surat tersebut.
"Ini aneh. Siapa yang bisa menjamin kalau itu tulisan Ace? Hanya Ace yang tahu kan," kata Mardoto.
Mardoto juga mengaku sebelumnya tak pernah mengenal teman yang menyampaikan surat wasiat itu padanya. Kepadanya, teman Ace mengaku memang sempat masuk ke kamar kos puteranya bahkan menginap semalam di sana. Teman sekelas Ace itu mengaku mendapat izin masuk dari pemilik kos.
"Katanya Ace seminggu yang lalu juga menginap di rumahnya (teman yang memberikan surat wasiat). Tapi saya tidak tahu," kata Mardoto.
Β
Surat yang disebut-sebut sebagai wasiat terakhir Ace bertuliskan: will not return for please don't search for existence my apologies for everything eternally. Polisi Depok yang menangani kasus ini menyebut, berdasarkan keterangan saksi-saksi tulisan itu adalah tulisan Ace, demikian juga tanda tangannya. Meski demikian, polisi juga belum bisa menyimpulkan sebab kematian Ace, bunuh diri atau dibunuh.
(sip/nrl)