Seperti dikutip dari AFP, Jumat (3/4/2015) kekhawatiran Netanyahu diungkapkan oleh juru bicaranya, Mark Regev. Melalui akun Twitter miliknya, Regev menyampaikan tanggapan Israel terhadap kesepakatan nuklr yang diteken Iran pada Kamis (2/4) lalu.
"PM Netanyahu ke Pres Obama: Sebuah kesepakatan berlandaskan kerangka kerja ini akan mengancam keberlangsungan hidup Israel," cuit Refev dalam Twitter.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini akan meningkatkan risiko pengembangan nuklir dan risiko perang yang mengerikan," lanjutnya.
Sementara itu mengutip tanggapan Obama, pihak Gedung Putih menyebut kerangka kesepakatan antara Iran dan mitra AS seperti Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman serta Rusia adalah awal langkah baik. Sebab ini akan berdampak pada kemajuan yang signifikan.
"Presiden menekankan, kerangka itu merupakan kemajuan yang signifikan menuju solusi terbaik dan komprehensif untuk menutup semua jalur Iran dalam hal pengembangan bom dan senjata nuklir," kata sumber Gedung Putih.
Disebutkannya, Obama berbicara dengan Netanyahu dari sambungan telepon di pesawat Air Force One. Perundingan yang berjalan selama delapan hari di Lausanne, Swiss, mulanya ditetapkan selesai pada Selasa (31/3) lalu malam. Namun karena tidak tercapai, Menteri Luar Negeri AS John Kerry memperpanjang waktu selama dua hari.
Nantinya, kesepakatan sementara ini akan dibahas lagi pada Juni mendatang. Di mana, kelompok yang disebut P5+1 -lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman - berunding dengan Iran dengan tujukan menjamin agar pemerintah Teheran tidak mengembangkan senjata nuklir dengan imbalan sanksi PBB atas mereka akan dicabut. Iran sendiri berulang kali menegaskan program nuklirnya semata-mata untuk kepentingan energi.
(aws/nrl)