Kemendikbud Soal UN Komputer: Siswa Boleh Bawa Kertas Buram untuk Menghitung

Kemendikbud Soal UN Komputer: Siswa Boleh Bawa Kertas Buram untuk Menghitung

- detikNews
Kamis, 02 Apr 2015 11:15 WIB
Mendikbud Anies Baswedan meninjau UN berbasis komputer di SMAN 1 Depok(Foto: Salmah Muslimah)
Jakarta - Ujian Nasional (UN) berbasis komputer baru tahun ini digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Masih ada kebingungan di antara siswa dan sekolah, bolehkah membawa kertas buram untuk corat-coret menghitung saat pelajaran eksakta?

"Nggak apa-apa. Sekolah memang harus memberikan kertas buram. Itu malah dianjurkan. Lha bagaimana menghitungnya kalau nggak ada kertas buram?" tutur Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemendikbud Ari Santoso saat dikonfirmasi detikcom, Kamis (2/4/2015).

Yang tidak diizinkan, imbuhnya, adalah alat-alat elektronik seperti handphone dan kalkulator. Bila tidak dikasih, siswa bisa meminta pada guru pengawas UN.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Perlu disampaikan sekolah itu dianjurkan mengasih kertas buram pada anak-anak saat dibutuhkan. Kalau tidak dikasih (kertas buram) boleh minta karena memang haknya anak-anak bisa mencoret-coret itu, untuk menghitung misalnya," imbau dia.

Bagaimana bila sekolah khawatir kertas buram dijadikan ajang mencontek? Ari mengatakan bahwa UN berbasis komputer ini tiap komputer mendapatkan soal yang berbeda-beda dengan bobot sama.

"Soal ini standarnya ada beberapa macam. Antara komputer satu dengan yang lain berbeda, tetapi sebanding tingkat kesulitannya, begitu pula urutan soalnya, juga sudah dihitung dan diperhitungkan semua," jelas Ari yang sedang mendampingi Mendikbud Anies Baswedan meninjau uji coba UN berbasis komputer di SMA 1 dan SMA Putra Bangsa Depok-Jawa Barat ini.

Sebelumnya, di SMA 78 sempat terjadi kebingungan pada siswa dengan sistem UN berbasis komputer ini. Salah satunya Bayu Yudha Pratama, siswa kelas XII IPA C. Dirinya mengaku matanya suka pegel jika kelamaan di depan komputer.

"Nggak enak, karena biasa manual. Mata agak pegel. Apalagi matematika, kita tidak bisa berdiri dan coret-coret," ujar Bayu di depan kelas SMA 78, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, Rabu (1/4/2015).

Bayu meminta kepada Kemdikbud agar angkatannya tidak menjadi kelinci percobaan. "Untuk angkatan saya pakai tulis dulu. Ke depannya enggak apa-apa. Kita kayak kelinci percobaan. Jadi manual saja," ungkap Bayu.

Siswi lain, Annisa, mengaku belum merasa nyaman dengan adanya sistem online ini. Ia beralasan untuk pelajaran matematika dan Bahasa Indonesia tidak bisa mencoret-coret kertas soal. "Masa coret-coret di meja. Nggak pewe (posisi enak) saja. Bahasa Indonesia eliminasi jawaban masa harus nyalin soal," terang Annisa.

(nwk/nrl)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads