"Sudah dipastikan Megawati akan kembali jadi ketua umum. Meskipun begitu, ada 30 persen DPC yang memberikan pilihannya ke calon lain," kata peneliti CSIS Arya Fernandes.
Arya menyampaikan hal ini dalam acara 'Hasil Sensus Nasional Ketua Parpol di 34 Provinsi dan 514 Kab/Kota 2015: PDIP' di kantor CSIS, Jl Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Rabu (1/4/2015). Turut hadir Ketua DPP PDIP Andreas Pareira dan Maruarar Sirait.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nama Megawati muncul dalam sensus sebagai figur PDIP yang dianggap memiliki leadership mumpuni, handal dalam manajemen organisasi dan berintegritas. Sementara nama Jokowi hanya unggul dalam sensus figur yang paling mampu membesarkan partai.
"Kita tanyakan figur pusat yang dianggap paling sering komunikasi itu Tjahjo Kumolo 14 persen disusul Hasto Kristyanto 13,3 persen dan Maruarar Sirait 7,6 persen. Lalu siapa yang sering beri bantuan materil maupun imateril ke DPC/DPD itu Puan 5,4 persen disusul Megawati 4,4 persen dan Maruarar 3,8 persen," ujar Arya.
"Jadi terhadap 3 hal (integritas, manajemen organisasi dan leadership) ini masih dilihat Mega unggul. Tapi komunikasi itu Tjahjo dan Hasto unggul, kalau memberi bantuan itu Puan," tambahnya.
Nama Jokowi hanya unggul sebagai figur pusat yang dianggap mampu membesarkan partai. Sehingga Arya menilai akan ada dinamika besar di tubuh PDIP usai kongres di Bali pada awal bulan ini.
"Meskipun Mega unggul dalam memimpin, tapi siapa yang paling mampu membesarkan partai hasilnya berubah, Jokowi," ucap Arya.
Sensus ini dilakukan di 34 provinsi dan 541 kabupaten/kota dengan metode wawancara terstruktur tatap muka para ketua DPD dan DPC. Sensus ini dilaksanakan pada tanggal 16 Februari-19 Februari 2015, melibatkan 2.000 ketua PDIP di daerah.
"Ini bukan opini publik tapi pandangan langsung subjektif ketua PDIP di daerah. Jadi berbeda, 90 persen target tercapai, jada saya kira ini representatif," ujar rekan Arya, peneliti CSIS Philip Vermonte di lokasi yang sama.
(vid/erd)