"Saya secara pribadi dan institusi menilai ada plus dan minusnya. Plusnya sesuai slogan menteri, ujian nasional jujur dan berprestasi. Jadi saya lebih fokus kejujuran, di mana peluang untuk tidak jujur lebih kecil. Karena soal diacak dan dari hitung-hitungannya matematis," ujar Rita di kantornya, Jl Bhakti IV/1 Komplek Pajak Kebon Jeruk, Kemanggisan, Jakarta Barat, Rabu (1/4/2015).
Rita menuturkan, di sekolahnya ada 120 komputer dan mode soal yang diujiankan juga ada 120 macam. Jadi jika terbagi dalam tiga sesi, setiap anak tidak akan mendapatkan soal yang sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, Rita menilai ada juga negatifnya UN berbasis komputer ini. Yaknis setiap sekolah harus memiliki infrastruktur yang memadai.
"Minusnya untuk beberapa tempat perlu infrastruktur seperti jaringan dan listrik yang memadai. Dan butuh waktu untuk menyiapkan. Tahun ini memang hanya tiga SMA yang akan melaksanakan UN berbasis komputer ini. Diharapkan dengan adanya persiapan, semua sekolah akan siap melaksanakan," tandas dia.
(spt/nwk)